Skip to content

Emperor’s Eyes (closed)

  • by
Leng-Hong-Kien

Alamat: Kompleks Multatuli Blok CC No.1234 (Masuk dari sebelah Restoran Sawasdee)
Jam Buka: 07.00 – 24.00

Setelah opening selama sebulan, akhirnya restoran ini memutuskan untuk melakukan Grand Opening tepat tanggal 5 November 2009. Nah liat dari iklan korannya, hey let’s give it a try. Jadi ngak pake lama, kita langsung meluncur ke kompleks Multatuli (deretan ruko yang paling baru, didepan hotel Medanville) saat jam makan siang kantor. Outlook depannya bolehlah untuk restoran bergaya Chinese moderen, terkesan bersih, simpel dan praktis. Pelayanannya juga ramah walau beberapa pelayan sepertinya tidak begitu tau apa yang mereka jual di menu. Selain itu ada pelayan yang khusus berkeliling untuk menawarkan dim sum, yang kadang terkesan ‘maksa’ – kurang nyaman gitu lo (ayo manajemen, perbaiki ini).

Nah tapi diluar itu semua, makanan yang kami sempat cobain dalam kunjungan pertama ini banyak yang memberi impresi baik, terumata dim sum dan dessert-nya. Leng Hong Kien disini bentuknya bulet-bulet layaknya bakso, berbeda dengan Leng Hong Kien umumnya yang bentuknya lonjong. Tekstur dagingnya juga lebih padat sekaligus empuk saat digigit, pokoknya asih deh (sayang cuma pesen sepiring). Ada juga Lumpia Khai Cak (lumpia kulit tahu yang digoreng kering) yang bikin kita saling pandang dan bilang ‘wah, enak nih…’. Harganya masing-masing 13K dan 14K.

Bebek-panggang-nasi-hainam

Menuju main course, kita harapin rasa yang ‘nendang’ setelah nyobain dim sum untuk starter-nya. Well, karena saat itu rada buru-buru dan anggota kurang banyak, kita nga bisa pesen masakan ala carte, so we order single dish instead. Ada Bebek Panggang dengan Nasi Hainam (18K), Nasi Steak Babi Vietnam dan BBQ Kombinasi Nasi Hainam (19K). Orderan ini datang dilengkapi dengan semangkuk kecil kuah dengan 2 bakso ikan didalamnya. Porsinya pas, walau tidak besar. Kalau dibandingin dengan nasi bebek ato chasio ala Hongkong yang bener-bener dari Hongkong sono, hasil olahan daging disini masih kalah jauh tentunya. Tapi kami nga terlalu kecewa juga, barangkali masakan sayur, ikan atau udang yang direkomendasi oleh pelayan lebih mantap lagi rasanya (akan kami cobain di kunjungan berikutnya).

IMG_1524

Head for the dessert, we order a bowl of Qing Bou liong (nah, we don’t know how to pronounce it either) 🙂 Santapan ini mirip Air Mata Kucing (bagi yang pernah ke Kuala Lumpur) dengan rasa manis dan diisi berbagai macam kacang-kacangan, buah dan manisan khas negri tirai bambu. Porsinya cukup untuk dinikmati 2-3 orang, dengan harga 15K/mangkuk. So far, that’s all what we can report from our first visit there. Bagi temen-temen yang mau cobain, kami anjurkan cobain dim sum-nya dan dessert yang cukup bervariatif. Jam buka restoran ini dari pukul 7 pagi sampai jam 12 malam (hasil nanya mbak pelayan). Happy hunting!

6 thoughts on “Emperor’s Eyes (closed)”

  1. Info, empror’s eyes sepertinya sudah tutup. Tadi malam dinner di Lekker, lewat dan nampak sudah dibongkar.

  2. Saya juga setuju, belakangan ini memang kualitas makanan menurun. Beberapa teman juga mengiyakan bahwa kadar penggunaan vetsin/msg terlalu tinggi sehingga membuat pelanggan cepat haus.

  3. leng hong kien sini termasuk yang paling tidak enak (maaf ya, tapi emang bener). biasa daleman leng hong kin bahan dasar udang,, tapi ini daging babi,, gak kerasa udangnya sama sekali.

    pelayan keliling yang menawarkan dim sum terkesan sangat memaksa dan itu sangat mengganggu kenyamanan pengunjung.

    olahan daging babi cuman satu saja yang enak, yaitu sio bak, untuk andalan mereka samcan panggang menurut saya tidak enak.

    untuk nasi hainam, char siew semua biasa saja.. malah masih menang rasa nasi hainam Aman yang di s. parman.

Comments are closed.

Discover more from Makanmana

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading