Skip to content

Chinese Food Rumah Makan AHeng

  • by

Rumah Makan Chinese yang telah bertahan selama 3 generasi dengan menawarkan konsistensi dan kelezatan masakan Chinese tradisional dengan harga yang telah banyak menuai kritik pedas di kalangan “chowhound” di kota Medan; merupakan deskripsi paling tepat untuk menggambarkan Rumah Makan A Heng.

Rumah Makan yang sempat bertengger di jalan Gandhi simpang Sun Yat Sen ini merupakan rumah makan langganan bagi para kaum berada (red: berduit) untuk menikmati hidangan masakan Chinese dengan cita rasa tersendiri, sebelum mereka pindah ke Jalan Jenggala No. 15 (belakang Sun Plaza).

Lokasi dengan perparkiran yang terbatas ini sering diisi oleh pelanggannya terutama di akhir pekan walaupun harga yang dipatoknya sangatlah tinggi bila dibandingkan dengan rumah makan sejenisnya.

Rumah makan ini yang sekarang di-manage oleh genereasi ke II (Aheng) dengan anaknya sebagai koki di dapur dengan warisan resep masakan Chinese tadisional seperti: Cap Chai, Ikan Asam Manis, Udang Goreng Tepung, Ginjal Jahe, Bistik Babi, Ayam Goreng, Fuyung Hai, dsb.

Masakan tersebut berhasil memperoleh pelanggan tetap yang telah setia selama bertahun-tahun kembali menikmati masakannya, dan ayah saya merupakan fanatik besar masakannya sehingga saya pun memanfaatkan kesempatan ini untuk mereview sekaligus mengadakan family dinner.

Sesuai rencana, pada malam Sabtu, kami sekeluarga langsung meluncur ke lokasi. Dan seperti biasa rumah makan yang berkapasitas 10+ meja tersebut terlihat sudah mulai dipadati oleh beberapa keluarga pada jam makan malam.

Setelah mendapati meja kami, maka kami pun memesan menu favorit kami. (Cap Chai, Udang Goreng Tepung, Ikan Asam Manis, Tauco Udang, Tahu Bakso).

Yang membedakan Rumah Makan A Heng dengan rumah makan sejenis kebanyakan adalah penggunaan arang dalam memasak dan kesegaran bahan yang dipakainya.

Pemiliknya sendiri men-hand-pick bahan-bahan masakan yang akan dipakainya setiap pagi di pasar pasar tradisional. Pemakaian arang dalam proses memasak memberikan aroma tersendiri terhadap masakan seperti yang terdapat pada masakan “Cap Chai” dan “Ikan Asam Manis”-nya, serta Bakso Udang dan Ngo Hiang yang digunakan dibuat sendiri untuk melengkapi kelezatan masakan “Cap Chai” (100rb-120rb) tersebut.

Dan pemakaian telur bebek sebagai pengikat tepung dalam masakan “Udang Goreng Tepung” (100rb) memberikan keunikan dan kegurihan tersendiri, belum lagi ditambah pemakaian udang yang besar dan segar membuatnya makin mantap.

Sedangkan untuk masakan “Ikan Asam Manis”-nya (270rb-320rb) tidak memakai potongan potongan nenas seperti yang banyak kita jumpai pada masakan ini, sebaliknya hanya ikan bawal digoreng disiram dengan kuah tomat dan ditaburi dengan potongan daun bawang, serutan wortel, dan bawang bombai yang banyak membuat masakan ini lumayan segar untuk dinikmati.

The only downside is when the bill arrived. Dompet saya langsung menipis dengan cepat. Well it’s a good treat once in a while. (Tambahan menu rekomendasi: Ginjal Jahe nya lumayan empuk dan tidak bau seperti kebanyakan)

Rumah Makan AHeng
JL. Jenggala, No. 15
buka dari hari Selasa sampai Minggu dengan 2 shift setiap hari:
Lunch: 11.30 – 14.30; Dinner: 17.30 – 20.30

33 thoughts on “Chinese Food Rumah Makan AHeng”

  1. Baru pertama kali saya mendengar orang mengeluh karena kenyang sekali. Inilah ciri-ciri orang Medan tulen yang hobinya makan dan makan hehehe…

  2. Benar, dari tahun 2010 hingga sekarang Aheng tetap mematok harga diatas standar rumah makan lain, dan ga pernah khawatir akan persaingan. Masalah bon yang sempat viral beberapa hari lalu malah menurut saya menjadi efek positif bagi Aheng karena tanpa sengaja sudah banyak orang mempromosikan usahanya dengan cara yang unik. Rumah makan ini sudah punya fan base dan saya rasa tidak akan mempengaruhi omset yang menurun, malah sebaliknya karena memancing rasa penasaran.

    Makasih Surya udah ngikutin perkembangan blog kami juga. Tanpa pembaca setia seperti anda, kami tidak mungkin termotivasi untuk selalu mengupdate artikel di blog ini.

  3. Baru saja makan dari tempat aheng bebrapa hari yg lalu, tp saya bukan dewa yah (ada yg bilang hanya dewa yg sanggup makan)… Hehe..

    Harga cap cay 130 rb.. Lumayan tinggi, tapi puas lhaa kalo nampak anggota rumah kalo makan di aheng tambah nasi melulu.. Siap makan, pasti keluh kenyang kaliiii..

  4. Min @MaMa, tentunya kita mesti ‘BANGGA’ sebagai bagian dari Kota Medan yang kaya akan kuliner sejuta rasa.
    Mulai dari yang murah meriah hingga yang mahal luar biasa tersedia, tinggal disesuaikan dengan kondisi.
    Hebatnya lagi, Medan-lang tidak khawatir bayar mahal klo rasa sudah ‘kena’.
    That’s why perkembangan kuliner di Kota Medan sedemikian cepatnya hingga muncul kebiasaan ‘wisata kuliner’ di Medan.

    Salut buat @MaMa yang telah mengambil bagian secara aktif untuk mendukung perkembangan kuliner di Medan.

  5. Dari komentar @MaMa, baru tahu klo (the late) Acek sudah RIP.
    Pantesan belakangan ini yang masak klo bukan Ayi sudah Ako-ako (atau Abang-abang?!).

  6. Makasi atas komentar dan klarifikasi nya Launuabeng. Review dengan harga yg kami cantumkan ialah harga di tahun 2010. Mengenai post yg beredar di instagram maaf sekali diluar kendali kami dan kami tidak ikut campur tangan mengenai hal tsb.

  7. Setelah melihat post yang ktnya capcai seharga 600k utk dua porsi, saya lgsg menelpon restoran Aheng untuk mengkonfirmasi harga capcai 1 porsinya.
    Dan dijawab oleh yg angkat telp (setelah menanyakan kepada seseorang yg mungkin Aheng) bahwa harga capcai “biasa Rp.140k satu porsi”.

    Semoga makanmana sebagai kuliner guide saya bisa mengkonfrontir link foto diatas supaya tidak menjadi berita simpang siur yg merugikan pihak tertentu.

    Salam launua

  8. Dan harga terakhir buat cap cai nya adalah …. 300.000. Ikan taoco 450.000. Bistik bb 250.000. Selamat mencoba haha

  9. apa2an ini? rumah makan sekelas harga masakan hotel sama chef bintang 5? 1/10 lha.

    pasang harga ga pake mikir. jangan mentang2 customer base banyak main harga seenaknya.

  10. Yang tilak juga favorit gw, cuman mau ngasi tau, apeknya udah RIP 2 bulan lalu sekarang diganti anaknya. Soal rasa kalah dikit tapi masih oke 🙂

  11. ia apek apek sama acim acim yang sebelah sewa buku komik kan? itu udah legendaris juga,cuman terkenalnya sama orang orang sekitar daerah sana, tidak seperti aheng yang tersohor karena harganya mahal, tamu yang makan di rumah makan dia waktu di jalan gandhi dulu abang abang semua, bak k*m , a sia*g capi*al , pek *ng .. , makanya jadi kesohor dan terkenal, bagi yang blom pernah coba boleh dicoba juga rumah makan paten di jalan wahidin, sekitar seberang jalan jurung, siap siap antri kalo beli nya jam makan ya …

  12. Yeap, setuju dengan anda, udah punya base yang solid, jadi walau harga mahal tetap bikin kepengen, sama halnya dengan Jumbo resto. Cap Chai jalan Tilak juga kebetulan favorit saya, cuman seiring bertambahnya umur engkong ini, ntah sampai kapan bisa kita cicipin masakannya.

    Ini review Cap Chai Jalan Tilak: http://www.makanmana.net/chinese-food-jalan-tilak/

    Bang Gendut ini kayanya kuliner hunter sejati, dari komen2nya tau aja seluk beluk histori kuliner Medan, salut ma ente.. dan thanks yah sudah berbagi info 🙂

  13. Aheng mahal soalnya makanan dia uda terlanjur pny reputasi. Mao dibilang mahal terserah soalnya mr Aheng uda di pny customer base yg solid. Dia bisa membuat patokan harga seenaknya soalnya rasa makanan dia sanggup bikin customers dia nagih dan kangen akan rasanya, soalnya uda 3 generasi. Hahaha

    Rasanya memang enak tapi blm sempat bikin gw ketagihan, yg ketagihan seh ortu saya.

    Personally I prefer Cap Chai jln Tilak dekat simpang jln Kota Cane, yg masak engkong2, dengan harga 1 porsi cap chai Aheng anda uda bisa makan 1 keluarga kecil di jln. Tilak ini. Cobain deh.

  14. Gw juga penasaran neh kapan tabungan gw penuh yah.. :p Lu coba goda Aheng pake kepiting lho…sapa tau makan gratis kita semua hahahaha…

  15. Pengsan wa liat ragtag harganya, tapi penasaran nihhh, kapan tabugannya penuh NIH? Kepengen ditraktir disana, hahahhahhah

  16. Pernah makan beberapa kali disini tapi saya kurang mengerti obsesi orang2 (kaya/berduit) Medan dengan restoran ini.

    Makanannya biasa2 aja menurut saya. Di kasih blind test makan chapchai restoran Aheng dengan chapchai yg di beli di tempat lain barangkali juga gak bisa di bedain.

  17. wakakakak… pake acara nabung lg si bos.. bisa aja…. kalo ada yg lbih murah knpa hrs yg mahal.. baca harga nya seekor ikan asam manis 300rb jadi gak nelan ludah lg deh…

  18. Akhirnya di review juga RM legendaris kota Medan.
    Menurut w, sajian terlezatnya tuh: Bistik Ayam.
    Nilai 10!

  19. MANTAF,restoran ini telah lama buka dan yg paling terkenal adalah cap-chai yg mahal… ikan kukus nya juga terkenal….

Comments are closed.

Discover more from Makanmana

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading