Skip to content

Martabak Sabass

  • by

Daerah Kampung Madras memiliki banyak spot kuliner yang didominasi etnis India. Salah satu makanan khasnya ialah Martabak telur. Setelah sebelumnya kami mereview Restoran Sri Annapurani dan Cahaya Baru, berdekatan dengan kedua resto tersebut ialah Martabak Sabass (Sabass: Enak!)  yang telah berjualan lebih dari 30 tahun di sepanjang Jalan T. Cik Ditiro (Kampung Keling).

Kuliner sederhana yang hanya menggunakan beberapa jenis sayur seperti bawang bombay, irisan cabe, daun bawang, kentang, daun bawang, dan sedikit kuah kari yang merupakan olahan sendiri, yang mana tentunya memberikan cita rasa tersendiri. Selain martabak, rumah makan ini juga menjual berbagai macam makanan khas Indian seperti Roti Cane, Nasi Briyani, Capaty, dan notably kari kambing.

Unfortunately pada kesempatan ini kita hanya mencoba martabak telur. Hanya dengan Rp 10.000, makanan murah meriah ini cukup membuat anda kenyang dengan rasa yang lumayan enak. Ada sedikit wangi mentega dan kari yang bercampur ke dalam lidah, namun anda juga disuguhi 3 macam lauk, acar timun/bawang merah, kuah kari, dan saos manis asin yang sedikit pedas, untuk menambah variasi makan.

14 thoughts on “Martabak Sabass”

  1. XD tau aja hahaha
    kebetulan saya baca komentar di atas ternyata tahun 2011 orangnya bilang ga enak. langsung teringat kalau memang sabbass cik ditiro pernah ganti koki jadi ibu2 dan gak enak

  2. My fav martabak telur, sabbass!
    Pernah suatu kali ganti jadi ibu yang masak, saya ga suka banget rasanya.
    harus bapak yang masak baru mantap!
    memang mirip omelette tapi uenake pake kari kambing.

  3. kunjungi juga martabak mak yung lumayan juga variasinya juga manteb…bisalah untuk oleh oleh, lagian kalo kita sering lihat kan cuma ada martabak mesir dan telur kalo di makyung aku temuin martabak tuna, martabak seafood, martabak jamur, wah selera lah pake cane keju coklat plus pisang lagi..weleh..meler meler pling!!

  4. bro chef, martabak yg di sblh rm etek ana sudah pernah, rasanya mantap, cara masaknya juga masih tradisional

  5. Iya, sebenarnya martabak obama jualan barengan ama bandrek sahib

    http://www.makanmana.net/2011/06/bandrek-sahib-jalan-sisingamangaraja/

    daerah glugur jauh dari kediaman saya, jadi daerah sana saya jarang explore, tentunya pengen di review donk, cuman mgk aga lambat yah krn ini lg banyak review yg ngantri hehe.. bung chef, keberatan ga itu martabak yang direkomendasi ditaro di bagian ‘Recommend’ dengan alamat yg lebih jelas jd bisa sharing ama pembaca lain jg..

  6. Martabak Obama ? Nah, keluar dah senjata rahasianya, hehe..
    Sepertinya belum pernah di-review sebelumnya, ya ? Baiklah, akan saya coba..
    Meanwhile, Boss Leo sudah pernah mencoba martabak yang dijual di daerah Glugur Kota (tepatnya berada disamping RM Etek Ana) ?
    FYI, usaha martabak yang sederhana ini telah berlangsung sejak tahun ’80-an dan sekarang dijalankan oleh generasi yang ke-3 dari penerusnya..
    Hebatnya, aroma, rasa dan kualitas martabaknya tidak berubah sedikitpun dari dulu hingga sekarang..
    Mind to try and let us know ?

  7. Hehe ada harga ada rasa tapi kalo hanya martabak mau semahal gimana bung. It’s not the best in town, tapi pengen tau jg neh bandingannya sabass mana yg lebih enak? Gapa? Masi ada satu bocoran, martabak ‘Obama’ di sm raja, dkt simp. rachmadsyah, seberang hotel garuda plaza. cobain deh gan.

  8. Barusan saja nyobain Martabak Sabass.. Hasilnya ? (Sorry) agak mengecewakan.. No offense..
    Ekspektasi tinggi saya terhadap makanan asli India ini langsung hampa setelah 1st bite..
    Entah karena penjualnya yang lagi bad mood ato saya yang lagi apes, martabak telur yang saya cicipi terasa sangat asin dan tidak mempunyai rasa khas yang saya harapkan, bahkan ‘disempurnakan’ dengan hasil pesanan saya yang gosong di beberapa bagian tepinya..
    Dengan porsi yang memang lumayan besar, harga 10K terbilang murah, namun soal rasa janganlah terlalu berharap banyak.. Overall, seems to be nothing special..
    Kata orang : “Ada harga, ada rasa (kualitas)”..

Comments are closed.

Discover more from Makanmana

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading