Chinese food at The Palace Restaurant

Based on good first impression with their dimsum, kami kembali menjelajah restoran The Palace. Kali ini, untuk mencicipi masakan ala carte yang dipersiapkan oleh chef yang didatangkan dari negeri seberang ini.

Let’s flashback, resto The Palace ini terletak di dalam hotel Emerald Garden jalan putri hijau. Resto yang baru selesai direnovasi ini menggantikan brand lama Ho Phin Court dengan tema yang lebih fresh namun tetap menjaga karakteristik oriental. Dan sesuai namanya, resto ini menjajakan makanan khas Chinese dengan segmen yang lebih terarah ke family dining.

We’ll skip the interior, karena sudah kami bahas sebelumnya pada kunjungan pertama yang membahas tentang dimsum. So, without further ado, here’s the dishes served on our table.

Mango roll debut as appetizer. Rasanya yang asin manis cukup membasahi indra pengecap untuk memulai santapan yang lebih berat.

Sapo terong ala Yee Siang, terong yang dimasak dengan potongan daging cincang, sedikit ikan asin yang kemudian dihidangkan didalam claypot panas ini cukup memberi kesan yang baik. Tingkat keasinannya balance, at least for us. Berada diantara sedikit keasinan, tetapi pas ketika dimakan berbarengan dengan nasi.

Salad buah ayam panggang, a safe to order menu. Crunchy chicken with salty skin, paired with the sweetness from the salad.

Another terong dish, the name is quite intriguing. Terong Abon The Palace. Logikanya setiap menu dengan akhiran nama restoran kedengarannya seperti signature dish. Dan ternyata ga salah, this one is must order dish. Terong yang diiris tipis dan digoreng dengan balutan tepung dikombinasikan dengan abon, oh taste so good.

Adding something green in our dish, Satu kailan disajikan dalam presentasi yang berbeda. Bagian daun digoreng memberi tekstur yang crunchy, dibarengi dengan renyahnya ikan teri, and the rest is as simple as it should be.

Grapu saus Plum, kalo ikannya sih udah sering diicip. Saus plum sendiri agak unik penyajiannya. It tasted similar to asam manis, but actually not. Dilihat dari cara penyajiannya, sepertinya menu ini terpengaruh masakan ala Thai.

Daging sapi saus BBQ, tender meat. Namun personally kami merasa dagingnya akan lebih mudah dikunyah apabila potongannya lebih tipis/kecil.

The only dish we’re not so fond of is ayam kopi. Dari sekian menu yang kami nikmati kebanyakan asin, tiba-tiba muncul sebuah dish dengan rasa manis yang kental. It’s not really blending well with the rest of the meal.

Saving the best for last, baked cod fish Palace Style. Ikan salju ini dikasi topping saos ala Palace yang kemudian dibake. It’s fresh, tidak bau amis, dan rasanya enak. Although admittedly, harga yang dibayar juga tidak murah.

To conclude, kebanyakan menu disini umum dan dapat ditemukan di resto chinese lainnya, although some are unique and help to build up the identity. It is true for some, the stereotype are still stuck in their head, bahwa sebuah restoran yang berada di hotel terkesan mahal dan mewah, but usually unpaired with the taste. The Palace however, has triggered a bold move to break this mindset, balancing the taste with the price. It definitely won’t be easy, butuh waktu dan konsistensi. But for all the effort made, we applaud.