
Some people call it Lorong Tilak, some call it Lorong Hantu. Whatever it is, ternyata nenek yang menyiapkan semua hidangan disini sudah berjualan lebih dari 40 tahun!

Saya selalu penasaran, berhubung lokasi ini dekat dengan kopitiam Joo Hong di Jalan Kotacane. Pada suatu kesempatan, akhirnya parkir dan nyoba juga.
Lokasi jualan ini terletak di sebuah gang/lorong kecil pas di persimpangan Jalan Tilak dan Jalan Kotacane. Lorong ini cukup lebar, bahu kiri dan kanan tersusun meja. Sterling pun terletak di bagian sudut. Occasionally, ada mobil yang keluar masuk gang.

Asap yang mengepul tidak dihiraukan nenek yang saya taksir sudah mencapai umur diatas 60 tahun. Dengan usianya yang demikian, wajar jika beliau duduk diatas bangku sambil memasak. Talking about efficiency and ergonomic, Starbucks has to learn from this old lady.
You see, nenek ini cukup memutar pinggangnya kanan kiri untuk menggapai ingredient, sisanya dibantu asisten dan anak perempuannya yang sekaligus mencatat pesanan tamu.

Menurut salah satu pembaca yang merekomendasikan, menu yang kudu dicoba ialah Horfun siram atau di Medan kerap dipanggil Wat Fen. Proses penyajiannya ialah kwetiau awalnya ditumis dengan minyak dan kecap, kemudian disiram dengan kuah kental berisi telur.

Biasanya selain telur, ada baso ikan, potongan daging babi, lapciong (chinese sausage), udang dan bakwan ikan. Namun dengan harganya yang terjangkau di Rp 20.000, anda akan lebih banyak menjumpai jeroan seperti usus dan hati.
Soal flavor, pemakaian minyak wijen lebih berat dan terasa di masakan ini. Unfortunately I’m not jeroan lover, so my experience was not as pleasant as what people raved about.

Another menu which look similar is Yok Sui atau Telur saos tomat. Kali ini dihidangkan dengan nasi, karena menu hanya berupa sup.

Kuah yang kental tapi ga sekental wat fen ini berwarna sedikit kemerahan karena dicampur saos tomat (menurut penuturan sih saosnya buatan sendiri). Lauknya kurang lebih menyerupai watfen, hanya saja porsi telur disini lebih banyak. Rasanya sendiri sedikit lebih manis.

As with the nature of street food, if hygiene is your primary concern then please avoid this place. Dengan harganya yang lebih terjangkau dibanding makanan sejenis di kotacane yang harganya dobel, tentu saja nenek ini punya pelanggan sendiri, especially if you grow up eating this grandma’s cooking.
Kwetiaw Siram Lorong Tilak
Jalan Tilak simpang Kotacane
Buka: 18.00 – 22.00
Nasi putih dan capchai…. enak koq…
Setiap penjual memiliki ciri khas masing-masing yang bisa menarik pelanggan untuk datang.
Yah. Ironis memang, dimana street food yg lokasi di lorong di cap tidak higienis dan resto / rumah makan yang bersih di cap higienis
FYI, gw pernah makan di salah satu resto ternama di sun plaza, dan selama beberapa menit gw perhatiin tikus mondar mandir di area kitchen, sangat “higienis”
Bole do research, resto di sun plaza yg open kitchen, beberapa waktu lalu sempat tersandung masalah kadaluarsa *ups
Ngomongin soal higienitas panjang ya sebenarnya, silahkan buka sedikit pikiran nya dan do a little research before judging
Seharusnya yang ditulis oleh author di sini bukan “If hygiene is your primary concern then please avoid this place.” Ini mah pelecehan. Hygiene is not about how it looks.
Semua comments sama..dr lajang smp pny anak semua msh sk mkn disini😊 btw ai uda tua bgt..dl gk smbl ddk msknya
Sangat recommend. Makanan dr kecil ampe gede. Capcai nya jg enak.
aku dr kecil banget smpe skg udh pny anak makan dsni trus.emang recommended banget ai tilak ini. 😊😊😊
Taste is so good
Must try lahh
Comments are closed.