
Pendatang baru lagi nih untuk kuliner khas negeri gajah putih. Daerah CBD merupakan kawasan baru yang dideveloped oleh Bpk Benny Basri beserta rekan. Project CBD ini boleh dibilang sebagai penerus kesuksesan daerah Multatuli yang sekarang berhasil menjadi kuliner point di Medan. Memang sih untuk buka usaha saat ini di kawasan CBD masih ‘gambling’, apakah nantinya dengan berpindahnya Polonia airport akan mendongkrak pengusaha untuk serta meramaikan kompleks pertokoan ini. Namun demikian, salah satu resto yang menjadi resto perdana di kawasan ini ialah D’Siam Thai restaurant.

Resto ini gencar mempromosikan eksistensinya melalui billboard di jalanan utama kota Medan. Kawasan yang masih ‘kosong’ ini memudahkan kami untuk mencari lokasi resto ini. Cari aja blok yang ada ‘atap’nya kaya di Multatuli, ditambah dengan hiasan lampu dekorasi sepanjang atap tersebut, gampang deh pokoknya nyari resto ini. Kunjungan malam minggu itu ternyata ramai lho yang datang. Resto 2 ruko ini juga menyediakan ruang makan di lantai 2 beserta ruang vip.

Sekilas, dari penyusunan meja dan kursi serta kudapan dan dessert yang dihidangkan mengingatkan kami akan resto Thai yang berada di Multatuli, Sawasdee. Kami pun memilih duduk di lantai 2. Resto yang dominan diterangi lampu LED yang warm menjadikan suasana ini elegan, rapi, dan berkelas.
Pelayan yang memakai seragam pun menghampiri dengan ramah dan menawarkan menu. Kami jujur aja bingung, karena menu ditulis dalam bahasa Indonesia, tapi diterjemahkan dari bahasa Thai! Yah wes lha, liat gambar aja akhirnya. Setelah mesan makanan, tak luput minuman wajib pesan di resto Thai ialah Thai Ice Milk Tea dan Thai ice green tea. Gotta tell you, it’s really good and refreshin without being too sweet.

Hor mok ma prao on… okey forget it, bahasa google makanmananya gulai kari seafood ala Thai. Menu yang unik dan presentasi yang menarik, karena dihidangkan di kelapa. Tekstur yang kasar itu karena penyajiannya terdapat telur, aromanya sedikit berat di kelapa, but the taste is uniquely good.

Kangkung goreng yang digoreng dengan tepung ini penyajiannya sederhana saja. Tidak ada yang special sih dari kangkung goreng ini, tapi yang membuat terkejut ialah saos putih yang menemaninya. Asumsi kami, basenya susu yang kemudian dicampur dengan cabe, bawang, udang, and a little magic behind the kitchen, rasanya sedikit asam, manis, asin. If it wasn’t for the sauce, 40rb is overpriced menurut kami.

Kaeng kiew wan kai, alias Thai Green curry. Ada 2 pilihan daging, ayam dan sapi. Kebetulan malam itu sapi yang jadi korban. Menurut supervisor resto ini, D’siam tidak menggunakan santan dan memakai krim sebagai alternative. Alasannya sederhana, kolesterol! Kuah kari ini kental, lezat dan dagingnya juga lembut.

Ikan aji-aji setengah ekor yang digoreng dan dilumuri saos special ini juga recommended. Don’t worry it’s not that spicy dan tulangnya juga lunak.

Sup Tom Yum disini basenya keruh dan warnanya natural, tidak kemerahan… lebih authentic menurut kami. Disamping itu, banyak juga penghuni laut didalam sup, menambah kekayaan citarasa. Porsi supnya lumayan besar, tapi rasanya tidak cukup untuk berlima. Lauknya sih udah oke, hanya kuahnya yang terlalu dikit menurut kami.

Closing our meal ialah dessert yang tidak boleh terlewatkan, pulut mangga. Sayang sekali mangga di malam itu sedikit asam, jadi rasanya ga klop.
Sebagai pendatang baru, D’Siam berhasil meninggalkan sebuah kesan yang sangat baik. Interior yang elegan dan berkelas, servis yang baik, dan citarasa yang berhasil menciptakan standar baru kuliner Thai di Medan, walau kami harus sedikit kecewa karena harga yang masih relatif tinggi (100rb-an/pax), dan tidak adanya desserts di hari weekend. To end the review, we can conclude that it’s Highly Recommended.
DSiam Thai Restaurant
Komp pertokoan CBD polonia Blok C No 88-89
061-80506777
makanan nya lumayan enak,, tapi pelayanan nya kurang memuaskan,, waitres tidak ramah sama sekali !!
Overpriced
Tried the green curry and disappointed ;(
Lumayan enak seh, cuman lokasinya krg strategis & overprice…
Location and specialty does matter, not too crowd yet = expensive
Memang itu yang disayangkan, otherwise I’d be regular
Kemahalan harga nya
Comments are closed.