Di Multatuli, nama Potbelly Bistro mungkin tak terdengar asing lagi. Pada masa awal-awal buka, cafe ini sempat saya kunjungi, namun seperti cafe ‘generik’ pada umumnya, berakhir dengan kesan yang biasa aja.
Beberapa waktu lalu saya beserta @zhoueats dan 2 teman lainnya pun kembali mengunjungi tempat ini kembali setelah beberapa teman merekomendasikannya karena pengalaman dine in yang positif.
Boleh dibilang Potbelly sudah mengalami transformasi, atau mungkin evolusi. Tagline ‘Bistro & Coffee’ yang merupakan konsep awal tampaknya sudah banting setir. Namun demikian, interior dan design ruangan tidak berubah.
Berjamurnya cafe dan coffeeshop di kawasan ini tentunya menjadi pressure dan kompetisi yang sengit. Yang survive mendapatkan market tersendiri, yang kurang berhasil, ganti konsep, dan sepertinya Potbelly memilih yang terakhir.
Saat ini, konsep bistro dan coffee hanyalah sebuah nama keren semu belaka. Beberapa menu yang kami pesan siang itu diantaranya…
Tampilannya bersih emang, dengan mangkuk, saucer dan kerupuk yang dihidangkan terpisah. Untuk sebuah cafe yang bukan spesialis menjual mie sop, rasanya cukup enak.
Hadir lagi hidangan nasional yaitu nasi lemak dengan pilihan daging rendang.
Satu mangkuk nasi yang pas pulennya, sambel kentang, sambel telor, sambel teri, lalu di-mahkota-hi dengan ikan teri. Daging rendangnya juga tidak alot, secara keseluruhan nasi uduknya recommended.
Sambil menunggu hidangan lain, kami membuka dan mencicipi nasi prang yang terletak di meja. Rasanya sih ternyata mirip dengan nasi uduk diatas. Jadi buat yang uda order nasi uduk, skip this ya.
Berhubung uda pada pesan sajian khas nusantara, salah satu dari kami pun secara inisiatif memesan pasta seafood arrabiata. *sebenarnya alasannya karena ga bisa makan pedes hehehe…*
Penampakannya mirip Carbonara, hanya saja warnanya lebih kekuningan, creamy ditemani daging udang yang fresh, paprika dan sedikit taburan lada hitam.
Pasta yang awalnya keliatan underestimated ini ternyata rasanya tidak mengecewakan.
Hidangan yang terakhir pun muncul. Mie udang Potbelly merupakan salah satu signature dish disini.
Tampil dengan kuah berwarna orange, kilat berminyak di permukaan dan beberapa ekor udang, dan 2 baso udang mengundang selera untuk segera mencicipinya.
Rasanya cukup intens, sedikit pedas dan pas. Some of you who tried Mie Udang Mei Mei will find it quite similar in look. This one however, is cheaper.
Nah, katanya sih durian toast disini juara. Sayangnya buah yang seasonal tersebut kebetulan not available di kunjungan kami. Alhasil, sebagai gantinya kami memilih Cheese Toast.
It’s not as memorable like the durian one. So if you have to choose, Durian toast or not at all.
Perubahan konsep sebuah bisnis F&B kerap dilakukan untuk menyesuaikan kebutuhan pasar. Memang, pertumbuhan cafe di daerah Multatuli ini drastis berkembang, namun seiring waktu, juga banyak yang jatuh bangun.
Selain itu, mengganti sebuah konsep juga menjadi tantangan tersendiri. It’s another risky bet dan membutuhkan investasi yang tidak sedikit juga.
How well is Potbelly doing mengingat image cafe yang masih melekat di benak masyarakat Medan?
Changes take time, tapi kualitas makanan yang sepadan dengan harga yang lebih bersahabat, I believe Potbelly is on the right track.
And what’s next? Warung Potbelly, Potbelly House, Potbelly Cafe or Dapur Potbelly maybe?
Potbelly Bistro & Coffee
Komp Multatuli Indah Blok B53-54
(061) 4537 998
11.00 – 22.00
Hampir semua makanan yg di recommend di posting ini, per hari ini sudah tidak tersedia.
Yg bikinnya sudah tidak kerja, jadi not available anymore.
Comments are closed.