
Dari penampilan interiornya saja sudah bisa terasa kesan homey-nya. Setidaknya itulah yang gue rasakan ketika membuat beberapa jejak langkah, memasuki ruangan, menuju ke meja kami yang paling dekat dengan “tempat kerja” Si Acek. Warna cat yang redup serta hiasan dinding yang sederhana semakin menguatkan kesan rumahannya―termasuk perabotannya yang sederhana.

Ada alasan kenapa gue menggunakan kata “kembali” pada judul artikel ini. Acek ini sebenarnya sudah menjamu lidah para pelanggannya sejak lama. Beberapa saat yang lalu, Acek sempat vacuum sebentar dan hanya tidak berapa lama ini mulai memanjakan lidah para pelanggannya lagi. Tambah lagi 1 tempat kulineran yang menyajikan masakan ala rumahan namun dengan cita rasa yang gak kalah dengan restoran papan atas.

Karena kami cuma berempat, menu yang kita pesan juga nggak banyak-banyak amat. CapCai yang seakan menjadi menu wajib, Tauco Udang, FuYungHai dan yang tidak kalah penting (baca: paling penting) adalah Samcan Goreng. First of all, gue pribadi sangat memuji CapCai yang disajikan Acek.
Aromanya yang rich dengan kuah yang kental dan bening membuat mata merem-melek di setiap seruputan kuahnya. Penggunaan sayur-sayur dan seafood yang fresh juga menambah rasa dari kaldu CapCai. Memberi kesan manis-gurih pada saat yang bersamaan.



Well, I think I’ll skip the FuYungHai as, for me, it only tasted like another usual fried egg (added with some herbs and veggies). But, the Tauco. Tauconya juga nggak kalah nendang dibanding CapCainya tadi. Karena tahu Jepang merupakan makanan favoritku, mari kita fokus ke kuah Tauco-nya yang khas dan lebih dominan aroma tauconya dibanding aroma kaldu udang.
Udang-udang yang ukurannya memenuhi seluruh permukaan lidah kami melengkapi rasa kuah Tauco yang sudah savory tadi. Gue suka dengan tipikal udang yang masih lembut dan sedikit garing ketika digigit. DAN BUKAN YANG ALOT.


One shouldn’t be missed from our menu is Samcan. Basically, any kind of Samcan can do, but this time we chose to be fried. Satu kata untuk membuka keseluruhan review gue terhadap Samcannya adalah MANIS. Yes. Hanya dua kemungkinan asal datangnya rasa manis itu: dari tepung atau memang dagingnya yang manis. Tapi, apapun ceritanya pork is always pork and is always bring happiness to our face.
Daging babinya sendiri bukan sepenuhnya daging putih, maksudnya, masih tersisa sedikit lapisan lemak pada daging yang memberi kesan lembut dan tekstur yang melt-in-mouth.


Keseluruhan pengalaman bersantap makanan rumahan di sini mengembalikan memori gue saat mencicipi masakan rumahan orang tua gue. Emosi dan kehangatan ACek dapat dirasakan pada setiap bagian menunya, membuat makan malam kami saat itu terasa bermakna.
Kalau kamu ingin merasakan perasaan yang sama dengan kami, kamu bisa coba singgah untuk sekedar memesan char-char nya. Worth it!
Awie Seafood
Jalan Ternak No. 95
#nonhalal
Lokasi: https://goo.gl/maps/LN8bndJCzR92
thank you so much 😀
price updated ya ^^
boleh diulas harganya untuk menu-menu yang disebutkan di konten?? Penasaran nih pengen ngebudget untuk pigi makan ke sana.
Comments are closed.