Nggak cuma endes rasanya, dessert tradisional ini juga punya status istimewa. Apa tuh?

Seperti kata Pak Presiden Jokowi, kita ini adalah bangsa yang besar. Meski kulturnya beragam, tapi kalau soal selera sepertinya nggak jauh berbeda. Baru-baru ini setelah makan siang di sekitar Gatsu (Jl. Gatot Subroto), aku dan 2 anak baru MaMa, Christine dan Cindy, berangkat lagi ke Jl. Gereja, kira-kira 10 menit bermobil dari Gatsu, demi mencari dessert yang sudah lama nggak kunikmati.

Pencuci mulut yang satu ini mungkin sekilas terlihat mirip Es Cendol atau Es Dawet dari tanah Jawa, tapi kalau diaduk dan dimakan akan terasa bedanya. Inilah Toge Panyabungan, makanan khas Kota Panyabungan di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Sumut oleh Kemendikbud di tahun 2017.


Semangkuk Toge Panyabungan isinya bukan sayur tauge, lho. Dessert pulut-based ini berisi 5 komponen utama, yaitu Toge (bulir-bulir pendek dari tepung beras ketan berwarna hijau), beras pulut, gula merah, candil, dan lupis. Berbeda dari es cendol yang biasanya memakai es serut, Toge Panyabungan lebih simpel memakai bongkahan es batu. Sebelum disajikan, seporsi Toge Panyabungan diakhiri dengan siraman kuah santan.

Christine dan Cindy yang belum pernah mencobanya langsung takluk pada suapan pertama. Rasanya yang manis dan menyegarkan memang bikin dessert satu ini pelepas dahaga yang mantap siang itu. Selama bulan puasa, Toge yang terjual bahkan bisa mencapai lebih dari 100 porsi per hari.

Selain menu es, di tempat ini kita juga bisa memesan snack tradisional lainnya, seperti risol dan serabi. Meski kami semua masih kenyang sehabis makan siang, tapi kami pesan juga serabinya karena menu ini tertulis di steling.

Tak lama, dua potong serabi yang dicelup dalam saus kental pun disajikan di depan kami dan lagi-lagi memancing selera makan. Serabi ini kabarnya tidak dibuat dengan 100% tepung beras, tapi ditambah campuran tepung roti agar teksturnya lebih empuk. Saus manisnya sendiri memakai tepung hun kwe, tepung beras, dan gula merah. Soal rasa, tentu saja lezat untuk kami yang punya sweet tooth tapi overall sih, tidak ada yang istimewa.

Kalau makan di tempat, warung kecil ini cuma menyediakan sebuah meja kayu dan beberapa bangku plastik. Jelas kurang nyaman kalau pas cuaca lagi panas. Pembeli pun biasanya lebih banyak yang mampir untuk beli bungkus. Meski cuma di pinggir jalan, warungnya boru Nasution a.k.a Ibu Khodijah Nasution ini diam-diam sudah berjualan selama 16 tahun.
Nah, daripada kelewat “mengagungkan” Bubble Tea yang ngehits itu, bukankah kita lebih baik bangga dengan keunikan kuliner lokal seperti Toge Panyabungan?
Toge Panyabungan Boru Nasution
Jl. Gereja
Telp. 082161294291
Jam Buka: 11.00-17.00 Setiap hari