Rasa Kita Chinese Food (Pindah)

Boleh dibilang ‘Rasa Kita’ ini akhirnya bertengger setelah sebelumnya beberapa resto sempat buka dan tutup, ntah karena lokasi yang kurang strategis atau memang rasa yang ditawarkan belum klop di lidah pelanggan. Terletak di Jalan Thamrin (seberang sekolah Husni Thamrin dan Methodist), kawasan ini kerap sunyi ketika malam menjelang. Namun dengan signboard yang cukup menarik perhatian, kami akhirnya putuskan untuk mencoba tempat ini, dan tentunya… setelah rekomendasi dari beberapa sumber.

Rasa Kita Chinese Food pindah ke Cemara Asri

Dari situasi interior dengan penerangan lampu fluorescent yang sederhana, kami pikir ini keknya mirip resto Warisan. Dan benar aja, dari segi harga sih mengimbangi. If budget is your concern, pilihlah tempat ini. Harga makanannya boleh dibilang relatif murah. Ga percaya?

Lalu rasanya gimana? Makanan murah sih biasanya citarasa dikorbankan. Well, let’s see… Resto keluarga ini menawarkan ala carte dishes beserta beberapa menu individual seperti nasi goreng, kwetiaw goreng dan kawan-kawannya. Jadi karena datangnya rame-rame, inilah yang dipesan berdasarkan bisikan rekomendasi kaptennya.

Menu pertama yang datang saat itu membuat kami down… first impression yang bikin depresi. Fu Yung Hai, sebuah dish yang sangat sederhana tidak ditampilkan dengan maksimal. Kalo ketemu BocahGendut *salah satu pembaca makanmana* sih pasti bilang… Ini sih Telor Orak Arik tumis sayur! Well, it’s true. It looked more like omelette rather than Fuyunghai. The key here is the amount of crabs. Unfortunately, it’s hardly found in the dish.

Kekecewaan kami mulai berkurang ketika makanan berangsur dihidangkan. The appetite started to arise, karena walau tadinya fuyunghai nya secara visual tidak sedap, ternyata nikmat di lidah. Lalu ada tumis tunas kol yang juga well cooked. It’s fresh and lightly sauted dengan garlic dan sedikit Chinese wine yang aromanya menggugah selera. Not an average vegetable dish found in chinese resto sekelas ini, but at least we don’t have to cry when we checked our bill in Hee Lai Ton. 100rb untuk satu piring tumis poileng!

Ayam bakar garing disini juga enak. Katanya sih bakar tapi koq kayanya digoreng lalu dibakar atau vice versa deh. It’s not so oily and stay crunchy. Pilihan ayam kalasan memang tepat, dagingnya tidak terlalu tebal sehingga garing, namun yang sudah selayaknya dikorbankan ialah porsi daging yang sedikit.

Udang mentega ala Thai ini juga fresh. Pilihan size udang lumayan gede dengan harga yang ditawarkan. Sedikit aroma mentega sebagai bumbunya yang dominan, apalagi kerak telur yang juga asin-asin manis, sedap kali bah.

Now there’s a reason why we featured this photo in the first place. Yeap, terong ebi special Rakit (Rasa Kita maksudnya) ini memang andalannya. Dan jika anda pikir terong 31 Pari House ialah yang terbaik di kota Medan, there’s new competitor in town. Irisan terong yang tipis dan digoreng menjadikannya garing, namun meninggalkan sedikit tenderness di bagian tengahnya. Unique taste, recommended menu.

For all the menu above, walau harganya murah, porsinya standar namun sedikit kecil untuk kami berlima malam itu. Akhirnya, dipesanlah satu porsi nasi goreng special ala Thai untuk sharing. Hey, porsinya lumayan gede lho. Nasi gorengnya udah digoreng pake telor, dikasi telor mata sapi lagi! Di luar ekspektasi kami, ternyata nasi gorengnya enak juga, murah lagi.

Wise men say… don’t judge a book by its cover. Dari penampilan luar dan design interior, resto Rasa Kita memang kurang meyakinkan. Namun sebagai pendatang baru di kuliner chinese kota Medan, resto ini telah berhasil mengisi gap kuliner chinese dengan harga terjangkau dan rasa yang tidak mengecewakan. Total harga yang kami bayar untuk berlima malam itu hanya Rp 293.500, sudah termasuk nasi putih dan jus. If you’re concern on budget, consider this place as our recommendation.