
Curah hujan yang tinggi belakangan ini mungkin berdampak buruk terhadap sebagian pelaku bisnis kuliner, terutama para pedagang kecil seperti penjual es di pinggir jalan. Tapi kelihatannya hal ini tidak berlaku untuk usaha es campur Bang Iwan yang mangkal dekat Gereja Methodist, Jl. Hang Tuah.
Sebelum kepindahan Bakso Hj. Siran Methodist, banyak yang bilang es campur Bang Iwan selalu jadi pilihan dessert yang paling cocok buat nemenin makan bakso UMI. Bener atau nggak, meski warung bakso sudah direlokasi, arus pembeli yang datang tetap nggak putus selama kunjungan saya di sana, bahkan terlihat beberapa ibu-ibu membeli belasan bungkus untuk takeaway.

Semangkuk es campur (10rb) racikan Mbak Desi – generasi kedua usaha es campur Methodist – penuh berisi kuah santan, pulut/ketan hitam, potongan grass jelly (cincau), nangka, dawet, dan kolang-kaling. Gabungan beberapa condiments seperti alpukat, gula merah cair, dan susu manis yang lumer di atas es juga terasa klop banget di mulut.

If you don’t mind with a little alcoholic bitterness, biasanya Mbak Desi pasti menambahkan tape ubi ke dalam racikan es campurnya. Tapi bisa kok nge-request buat porsi tanpa potongan tape, toh kita bebas memilih bahkan mengambil sendiri bahan-bahannya sesuai selera. Selain es campurnya yang ternama, mereka juga menjual es cendol dan es teler.

Sayangnya, agak repot kalau makan di tempat gara-gara kondisi warung tenda yang dibangun sekedarnya dan sama sekali tak menyediakan meja makan. FYI, warungnya buka dari jam 11 hingga 5.30 (Senin – Sabtu), tidak termasuk hari libur.
ngencess
Kurang tau juga yah, udah lama ga kesana juga hehehe…
Sabtu buka ya?terakhir kesana tutup.
es cmpurny emank mantaffff
ice alpukatnya juga legend tuh.. boleh dicoba bro
Too sweet for my tongue :p
My most fav es campur..selalu request extra tape.
Comments are closed.