
Nama Societe Kitchen cukup unik kedengarannya. Penggunaan nama cafe yang catchy berhasil mengundang rasa ingin tahu saya untuk mengunjungi dan mencicipi menu yang ada di sana. Seperti umumnya, desain Societe Kitchen ini seperti cafe lain pada umumnya dengan menggunakan komponen kayu yang dominan untuk desainnya, sebuah tren yang sedang marak saat ini.

Lokasi dengan space yang terbatas tidak mengizinkan banyak ruang untuk penataan. Penempatan cafe di lantai 2 plaza Lippo itu boleh dibilang kecil dan terbatas jumlah mejanya.
Menu yang disajikan pun cukup umum, berupa western dan Indonesian foods dengan beberapa jenis beverages yang kerap ditemui di cafe lain juga. Price range makanan dan minuman disini berkisar antara Rp 25.000 – Rp 45.000. Berikut menu yang kami pesan:

Spaghetti Spicy Tuna, sedikit dry dan cukup lengket karena penggunaan oil yang sedikit. However, the tuna saved the dish.

Another Spaghetti, kami memesan Seafood Aglio Olio yang rasanya cukup lumayan enak di lidah but same like the Tuna one, it’s a bit dry.

Hot Dog and the Cheesy Potato Skin sebagai cemilan ringan. The Hot Dog was good as it’s looks, but for the Cheesy Potato Skin?

Potato Skinnya akan lebih lezat dan krispi apabila mozarella cheesenya melumer di kentang, bukan lengket di piring dan akhirnya susah untuk dimakan.

For the beverages, minuman yang disajikan taste good dan fresh.

Persaingan cafe yang sangat marak di kota Medan belakangan ini memaksa pengusaha untuk berpikir keras mencari keunikan tersendiri dalam menarik pengunjung. Kalau dulu cafe itu tempat nongkrong, di zaman sekarang ini konsep cafe sudah lebih luas. Pemikiran kolot dengan menyajikan tempat dan suasana yang eye-candy saja tidak cukup lagi.
Banyak cafe yang bermunculan di Medan ini tampil dengan nama yang memukau, namun sayang tidak didukung oleh konsep dan jati diri yang kuat. Good food is crucial, tetapi yang terpenting ialah sebuah jati diri. Sudahkah anda bertanya kepada diri anda sendiri.. “Faktor apa yang membuat orang ingin kembali lagi?”
Societe Kitchen
Lippo Plaza Upper Ground
Medan
Telp : 061-80511022
Akibat silau melihat Foun**** yang menu serta rasa standar aja,namun tetap stabil jumlah kunjungannya…
Masalahnya, sapa yang berani terjun ke industri kuliner speciality. Dilihat dari jumlah penduduk yang sedikit dan hampir separohnya yang mengaku sebagai pakar kuliner. Susah jg muasin keinginan pakar-pakar tersebut. Belum lagi marketnya yang mao serba murah serba enak.
maka itu kebanyakan restoratur2 di Medan tidak berani mengambil resiko dan akhirnya terjebak di garis limbo. hasilnya makanannya semua begitu saja ;serba ada nusantara maupun western; dengan maksud menarik semua kalangan untuk mencoba.
Medan memiliki jumlah kritikus kuliner yang lumayan banyak per capitanya dibandingkan kota kuliner lain. Lihat saja IG pakar kuliner yang tidak perlu saya sebutkan. Lebih dari 10.
Setuju bung.. ga cuma new visitor, tapi gimana menghasilkan returning visitor 🙂
(kok jadi google analytics ya)
Banyak cafe yang bermunculan di Medan ini tampil dengan nama yang memukau, namun sayang tidak didukung oleh konsep dan jati diri yang kuat. Good food is crucial, tetapi yang terpenting ialah sebuah jati diri. Sudahkah anda bertanya kepada diri anda sendiri.. “Faktor apa yang membuat orang ingin kembali lagi?”
Saya quote paragraf terakhirnya.. Betul kali lah menurut aku. Banyak cafe baru tp makanan nya itu itu aja. Generic dan taste all the same. Boring hehehe
Noted, buat elu sih porsi dan harga itu penting yah asalkan berbanding terbalik…
Faktor “harga yang terjangkau, dan porsi yg relatif besar.”
Itu bakalan bikin gw datang lagi.
Comments are closed.