
Panas, gerah, berdesakan dengan pengunjung lain sambil menunggu pesanan MaMa terhidang di meja. Pengennya sih menghindari jam makan siang kantoran tapi menurut informasi makanan disini cepet ludes. Jadi kalau datangnya siangan mungkin tinggal nasi uduk yang tersisa.

Walau panas dan sumpek, tidak sedikit pengunjung yang menghabiskan jam istirahat makan siang disini. Sebagian besar berkemeja rapi, hanya kami yang ber t-shirt dan jeans. It’s a fast selling stall.

Order makanan disini gampang, seperti pecel lele lainnya tinggal bilang ayam, lele, tempe, tahu, terong, dsb. Semuanya digoreng garing, nga ada pilihan. Lalapan dan sambel sudah standar sebagai pelengkap.

The good thing is, walaupun semuanya digoreng tapi makanan disini nga terlalu berminyak, nga seperti pecel lele jalanan lainnya kadang minyak di lauk sampe menggenang di dasar piring.
Oya, nasi uduknya juga personal favorite MaMa. Harum dan gurih, how it is supposed to be.

Bang (atau Wak?) Indra sudah 30 tahun lebih menjalankan bisnis ini, jauh sebelum pecel lele sempat mainstream di awal taon 2000-an. Jam operasionalnya pun sedap—hanya 4½ jam 11.00-15.30.


However, sambal yang dihidangkan terasa sedikit hambar dan ada kesan ‘mentah’. Kalau kamu terbiasa dengan sambal terasi / belacan, you won’t get it here.


Dengan harga ekonomis, wajar tempat ini rame dikunjungi pegawai kantoran. Buat penggemar pecel lele, boleh cobain tempat ini tapi catet – tutup di hari Minggu.
Pecel Lele Bang Indra
Jalan Mesjid
Sabtu/Minggu Libur
Bukan franchise Ma, rumah makan namanya aja yang sama 😀
Joko solo franchise kan? Di merak jingga juga katanya enak sambelnya hehehe…
Sudah pernah nyobain Pece lele Joko Solo di pagaruyung belum Ma? Sambelnya sadis, yang suka pedas boleh di coba
Comments are closed.