“Benarkah memilih Mie Pangsit sesulit memilih jodoh hidup?”
Mie Pangsit di Mandala Medan – Jadi sebenernya malam ini adalah Boys Night Out-nya anak-anak MaMa, a night that free from MaMa’s job, free from videos editing, free from articles writing and else. Atas rekomendasi salah satu anak MaMa, sebarisan ruko yang menjual mie pangsit dan chinese food di Mandala — yang tepat bersebelahan satu sama lain — menjadi pilihan MaMa.

Benar saja! Begitu kami sampai di depan ruko-ruko ini, kami pun geleng-geleng kepala melihat begitu banyak sterling dengan makanan yang sejenis. Dan tanpa alasan tertentu pilihan kami jatuh ke ruko yang paling sudut, di dekat gang sebuah komplek, Chinese Food Ahue namanya. Hebatnya kami boleh memesan dari ruko sebelah!
That’s the spirit of Mandala United

Total ada sebanyak enam mangkuk mie pangsit yang kami pesan sesuai dengan jumlah sterling disana. Masing-masing mie pangsit yang disuguhkan ini memiliki keunikan masing-masing meskipun tidak berbeda begitu jauh.
Yang pertama dihidangkan itu Mie Pangsit Aho. Yang jelas sekali terlihat adalah kuah dagingnya yang banjir banget. Bentuk mie-nya sendiri tidak terlalu keriting dan tidak terlalu tebal dibandingkan Mie Pangsit Ahue.

Disusul kemudian oleh Mie Pangsit Apau. Nah, ciri khas Mie Pangsit Apau ini adalah ada topping bakso ikan bulat utuh pada Mienya dan sayur yang diberikan cukup generous. Tidak lupa juga Mie Pangsit Apau ini dilengkapi dengan bak yiu phok.

Kemudian secara marathon dihidangkan mie pangsit Immanuel, mie pangsit Kim Eng, dan mie pangsit Cemara. Kami pun mulai kebingungan menghapal bentuk, nama dan ciri khas masing-masing mie pangsit. Bahkan kuah pangsitnya pun sudah berhamburan tanpa diketahui yang mana punya siapa. Kecuali kuah mie pangsit Cemara yang terlihat jelas ada sepotong pangsit di dalamnya (tidak seperti pangsit lainnya yang disajikan di dalam mangkuk mie).



Karena bubuk merica yang terlihat jelas sekali diatas tumpukan daging cincang di Mie Pangsit Immanuel, akhirnya itulah yang menjadi dasar kami membedakan yang satu ini dengan yang lainnya. Bentuk mienya pun lebih keriting dibandingkan yang lainnya.
Mie Pangsit Kim Eng yang menurut kami lebih terlihat ‘umum’ daripada yang lainnya. Tidak ada kesan yang mencolok dari Mie Pangsit Kim Eng selain tekstur mienya yang agak kenyal. Kami sempat tertukar antara Mie Pangsit Kim Eng dengan mie pangsit lainnya dengan warna mangkuk yang sama. Akhirnya kami menyadari bahwa Mie Pangsit Kim Eng adalah yang tidak menggunakan Bakso Ikan dibandingkan mie lain dengan yang warna mangkuk senada.
Sudah mulai bingung? Masih ada 2 mie pangsit lagi nih. Selowww...
Mie Pangsit Cemara juga muda ditandai karena ciri khasnya yaitu diberi topping Bakso Ikan tetapi diiris menyamping. Selain itu, Mie Pangsit Cemara ciri mienya yang paling tidak sekriwil dan paling tidak setebal dibandingkan lainnya.

Yang terakhir disajikan nih Mie Pangsit Ahue. Personally, satu yang gue suka dari Mie Pangsit Ahue adalah bentuk mienya yang paling kriwil dan paling tebal diantara semuanya. Itu jugalah yang menjadi ciri pembeda Mie Pangsit Ahue dari yang lainnya.






Selain dari beberapa ciri khusus diatas, kami juga diberitahu bahwa pembedanya yang lain adalah mangkuknya. Mie pangsit Aho menggunakan mangkuk warna hijau berbahan melamin, warna putih melamin pada mie pangsit Ahue, mangkuk putih berbahan kaca pada mie pangsit Immanuel. Nah, seperti yang disebutkan diatas mie pangsit kim eng, cemara dan apau memiliki warna dan bahan mangkuk yang sama, maka pembedanya adalah toppingnya.



Oh ya, masing-masing kuah mie pangsitnya juga memiliki rasa berbeda. Unfortunately, the six bowls of soup were all scattered up. Ketika anak MaMa iseng melakukan ‘cupping session’ baru diketahui masing-masing sup berbeda. Ada yang kuah hambar diberi merica, ada yang beraroma micin yang khas, ada yang beraroma kaldu daging, ada yang justru hanya kuah hambar tok.

Maka, dengan ini sukseslah kami kenyang terbegok-begok akibat 6 mangkuk mie pangsit ditambah tambo 1 mangkuk Mie Pangsit Ahue lagi.
But before that, kami ada pesan bistik ayam dari Ahue sebagai pelengkap. Some of us agree that it tasted well, while one of us said that the gravy tasted just so so. Well, it depends on your taste preferences. Nah, daging fillet yang digunakan itu dipotong tipis tipis banget, lebih seperti daging fillet Chicken Holic menurut kami.

Dengan porsi yang besar dan rasa yang cukup memuaskan dahaga kami, ternyata harga yang ditawarkan sangat bersahabat di dompet kami. Untuk mie pangsitnya hanya seharga 11rb dan harga ini berlaku untuk semua gerai sama rata. Dan harga bistik ayamnya cuma 35rb. Itupun sudah termasuk yang paling elit menurut mereka, karena range harga Chinese Food mereka berkisar dari 25rb hingga maksimal 35rb saja.
Untuk budget meal bertiga atau berempat orang tempat ini sangat boleh dijadikan pilihan nih.
Nah, punya tempat lain lagi yang bisa kami kepoin seperti ini? Kasih tahu kami ya di comment section di bawah.
Chinese Food Mandala
Jalan Mandala (dari Jln Perguruan belok kiri, deretas rukonya di sebelah kanan)
Buka: Beda toko, beda jam operasional (mostly jam 19.00–23.00 semua buka)
#nonhalal
Lokasi: https://goo.gl/maps/NKWGTKm6yKK2