
Demi menjajal kuliner Batak tulen, MaMa rela pergi jauh…
Tak salah lagi kalau Medan disebut surganya kuliner. Di setiap penjuru kota ini, ada saja makanan enak yang bisa dinikmati kalau kita mau bergerak untuk mencarinya. Dari seorang teman yang bersuku Batak, aku disarankan untuk mengunjungi RM. Asido karena masakannya enak dan sering ramai, tapi tempatnya agak jauh dan “ngumpet” di jalan kecil.
Well… buat yang males baca, langsung klik aja tombol play ya…
Soal jarak tentu nggak jadi masalah, justru aku dan para kru MaMa merasa tertantang untuk menemukannya. Siapa tahu tempat ini memang sebuah hidden gem yang layak diperkenalkan kepada lebih banyak pencinta kuliner khas Batak?

Berangkat dari Basecamp MaMa di Katamso, kami butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai ke Jalan Lintas Sumatera, kemudian belok kanan menuju Jalan Bunga Terompet. Pemukiman di kedua sisi jalan ini tampak asri dan tenang. Di sinilah RM. Asido berada.

Dari luar, atap depan RM. Asido yang lancip terlihat mirip rumah tradisional suku Batak (Huta). Kesan awalnya memang tampak gagah tapi setelah masuk ke dalamnya, ternyata sederhana saja. Konsep rumah makannya dibuat open dining, tentu karena adanya area dapur untuk bakar daging di bagian tengah sehingga asap dari sana bisa keluar. Sedikit saran nih, jangan pilih meja dekat area bakar-bakar itu ya biar nggak pulang dengan badan yang bau asap.

Dari sebanyak 14 macam masakan khas Batak Toba yang tersedia, hari itu kami memesan 5 menu untuk dicoba. Salah satunya Saksang yang punya 2 versi, yaitu Saksang B1 (daging anjing) dan Saksang B2 (pork). Soal pilihan, kembali ke selera masing-masing ya, kalau kami sih pesan yang akrab di lidah aja.
Saksang B2 di sini relatif agak asin tapi rasanya masih enak kalau dimakan dengan nasi. Menu kedua pesanan kami namanya Tanggo B2. Menu yg ini sekilas terlihat mirip Saksang, terutama dari penampilan sausnya yang sama-sama dari darah yang dimasak dengan rempah-rempah, tapi ini bedanya adalah dari bentuk dagingnya. Jika pada Saksang dagingnya dipotong kecil-kecil, Tanggo justru menggunakan irisan daging pork belly yang besar.
Uniknya, Saksang dan Tanggo di sini disajikan bersama sayur sawi pahit. Ini cara penyajian yang sejauh ini kami lihat berbeda dari RM BPK yg lain.

Menu berikutnya masih variasi B2 tapi dimasak kering, yaitu Panggang B2 dan Babi Goreng yang kami pesan masing-masing ½ kilo. Potongan bite size dari babi panggangnya bikin gampang dikunyah. Rasa bumbunya sendiri kurang menonjol tapi aroma smoky-nya cukup kuat. Biar lebih sedap, celupkan ke dalam sambal andaliman yang pedas asin, mantap!
Babi Goreng potongannya lebih chunky dan benar-benar digoreng sampai kering kecoklatan kulitnya. Meski nggak panas lagi waktu disajikan, teksturnya masih terasa crispy dengan lapisan lemak yang tebal. Plating untuk menu ini simpel, hanya dihias dengan selada, timun, dan tomat, tapi kelihatan menarik dan menjadi nilai tambah untuk masakan sebuah rumah makan yang sederhana.

Karena rasa dari 4 menu sebelumnya dominan asin, menu Ikan Jahir Tombur yang terakhir ini justru rasanya paling berkesan dari seluruh pesanan kami hari itu. Ikan Jahir ini maksudnya ikan mujair, sedangkan nama lain dari menu ini adalah Ikan Natinombur. Nah, kenapa yang ini stand out?

Ikan mujair ini lebih dulu dibakar sampai matang, kemudian disiram dengan saus keemasan yang membuatnya terasa spesial. Pada suapan pertama, aku bisa merasakan wangi kacang yang kuat di sausnya kemudian disusul sedikit rasa asam, asin, dan pedas khas andaliman. Daging ikannya dibumbui dengan baik sehingga tidak amis, apalagi setelah dilumuri bumbu yang aromanya nendang.

Belum selesai makan, tiba-tiba ada pengamen yang mampir mendendangkan lagu Batak di samping pintu masuk. Suasana khas budaya Batak di sekeliling kami seketika meningkat keeksotisannya. Siang itu suasana RM. Asido ramai juga, padahal kami datangnya pas weekday.

“Biasanya sini hari Sabtu sama Minggu paling ramai.” kata seorang pelayan padaku. Bisa jadi cita rasa masakan RM. Asido memang cocok di lidah mereka, atau mungkinkah mereka datang untuk mendapat “berkah”? Setidaknya itulah arti dari nama “Asido” yang dibilang pelayan itu padaku.
Benarkah begitu?
RM. Asido
Jl. Bunga Terompet No. 16, Padang Bulan, Medan Selayang
Buka 10 a.m. – 6 p.m. setiap hari.
Betul Judika, for the sake of keyword agar gampang di cari dr google aja sih… 🙏 Kami sadar akan hal itu, demikian juga dengan babi panggang khas Batak yg tentunya beda juga dengan khas Karo. Terima kasih atas pemberitahuannya…
Min.. fyi.. Asido itu mmg Rumah Makan Batak Toba, jd kurang afdol kalau dibandingkan dgn RM BPK (spti dlm artikel) krna babi panggang RM BatakToba uda pasti beda min sm RM BPK.
dr bumbu jg tentu beda min.. meski sama2 masakan Batak, RM BPK dan RM Batak Toba pasti memberikan citarasa beda min..
salam berlomok2 di RM Batak Toba
Comments are closed.