
Kalau ngomongin kuliner di Sumatera Utara, memang cukup sering dikaitkan dengan keberadaan suku Batak yang hampir dapat ditemui tersebar di seluruh wilayah provinsi ini dengan kulinernya yang eksotis.
Suku Batak sendiri terbagi dari Batak Karo, Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Mandailing, Batak Pakpak sampai Batak Angkola. Beragamnya Suku Batak ini turut menghasilkan sajian kuliner makanan khas Batak yang unik & beragam pula.
Nah kali ini, yang MaMa cobain kuliner tepi danau khas Batak Toba..

Atas rekomendasi salah satu netizen follower MaMa, akhirnya MaMa memutuskan berpetualang ke salah satu pelosok kota Medan tercinta ini. Segala cara kami halalkan, demi konten untuk anak-anak MaMa!

Kalau dari Jalan Sisingamangaraja, belok kiri ke Jalan H. Bahrum Jamil, terusss aja sampai ketemu SMK di sisi kiri dan pas di depan ujung jalan nampak seperti ladang, nah di sampingnya ada jalan kecil, itulah Jalan Turi Ujung.

Out of expectation walau tempatnya terpencil, ternyata tempatnya cukup luas, mulai dari area parkir sampai area tempat makannya. Bahkan sampai ada satu area tempat makan terpisah lagi di samping gedung utamanya.
Berhubung hampir dekat jam makan siang dan sebelum rame, maka nggak pake lama langsung MaMa pesan beberapa menu yang direkomendasikan. Betewe, kalo kalian lihat menu di bawah ini ada tertulis masakan Partopi Tao, yang artinya masakan tepi danau.

Nggak lama setelah MaMa pesan, pondok makan ini juga mulai rame pengunjung. Untung MaMa udah cepat ngegas pesan tadi hehe. Dan…akhirnya pesanan MaMa datang sekaligus. Tak lupa ritual difoto dulu dong.

Selain jejeran menu di atas, tentunya menu penting yang tak lupa tetap harus dipesan: Nasi putih (6rb). Nah sekarang close up menu-menunya ya..

Seperti biasa kalau makan di rumah makan khas Batak, selalu disajikan bersama sup sebagai ‘teman makan’. Namun, supnya sedikit berbeda dengan sup biasanya yang cenderung bening atau agak clear. Yang ini cenderung lebih kuning dan berasa rempahnya serta hint asam.

Sayur Daun Ubi Tumbuk (5rb/porsi). Barangkali sayur ini yang paling sering ditemukan di rumah makan khas Batak. Namun di sini nggak pake rimbang seperti biasanya. Padahal setau MaMa, buah rimbang itu sendiri ciri khas sayur daun ubi di Batak.

Ayam Napinadar (26rb). Cara masaknya biasa dibakar dan dibumbui khusus, yaitu uniknya pada bumbunya yang memakai darah daging ayam itu sendiri. Penampakan dan tastenya rada-rada mirip rendang. Namun MaMa rasa akan lebih maknyus kalau dibuat agak pedas.
Babi Panggang (28rb) & Babi Goreng (30rb). Sepertinya dua menu ini don’t need any further explanation. Favoritnya kalangan pecinta makanan non halal nih. Apalagi kalau yang masih ada lemak tidak hanya dagingnya saja, uhlala.. Tapi dari kedua menu ini, MaMa milih jagoin versi gorengnya, lebih juicy, crispy dan crunchy di bagian kulitnya.

Dali Ni Horbo (14rb). Kalau biasanya kita mengkonsumsi susu cair dengan cara diminum, kali ini kalian bisa cobain ‘makan’ susu. Makanan khas Batak satu ini tampilannya padat seperti tahu yang berasal dari olahan susu kerbau. Karena MaMa penasaran mengapa gerangan bisa begini, meluncurlah MaMa bertanya kepada mbah Google.
Susu kerbau cair awalnya dimasak pada api suhu kecil biar nggak terlalu panas, kemudian ditambah garam. Susu cair tadi akan mendidih pelan-pelan dan mengental, kemudian ditambah perasan air daun pepaya sampai susu kerbau mengental seperti tahu. Kalau didiamkan lama, susu akan semakin mengental dan mengendap. Endapan inilah yang bentuknya mirip dengan tahu.
Unik yah, but sorry to be honest it’s quite not to our liking..

Jahir Natinombur (30rb). Nah ini superstar-nya. Betewe, kata dasar natinombur ialah tombur. Menurut beberapa sumber, arti tombur itu basah/berair. Sehingga manombur dalam konteks kuliner lebih cocok diartikan membasahi/mengkuahi. That’s why, natinombur bisa berarti makanan yang dibasahi atau dikuahi.
Natinombur merupakan ikan bakar khas Batak, yang biasanya memakai ikan mujahir, mas, lele atau nila. Disajikan dengan siraman kuah bumbu di atasnya. Bumbunya sendiri cenderung ke rasa asam dan pedas, dengan fresh hint dari jeruk nipis.
Menu ini jadi superstar karena semua tim MaMa yang datang hari itu setuju sebagai favorit masing-masing, karena taste-nya yang unpredictedly good & beyond expectation.

Sebenarnya di kunjungan kami di hari itu, MaMa penasaran ingin mencoba Ikan Mas Naniura, yang bisa dikatakan seperti sushi-nya suku Batak. Naniura tidak dimasak, digoreng ataupun direbus, dengan bahan dasar ikan yang disajikan dengan bumbu tertentu seakan bumbu-bumbu itulah yang memasak ikan tersebut.
Untuk makan siang berlima kami dengan semua menu di atas, ditambah dengan Nasi Putih (6rb) 3 porsi dan Juice (15rb) 5 gelas, menghabiskan 231rb, menurut MaMa masih tergolong standard lah ya harganya.

By the way, since ini rumah makan khas Batak Toba, jadi tidak menyediakan menu BPK (Babi Panggang Karo) ya. Untuk rumah makan BPK, cara penyajian dagingnya berbeda, misalnya dapat dilihat di BPK Haleluya yang udah pernah diulas. Atau kalau kalian ingin tahu tentang rumah makan khas Batak lainnya, bisa intip juga di RM Sitanggang.
Mungkin dinamakan kuliner tepi danau atau ‘Partopi Tao’, karena makanan ini banyak ditemukan di sekitar pesisir Danau Toba bahkan ke Pulau Samosir. Tentunya ikan segar yang ditangkap langsung dari danau juga mempengaruhi rasa.
As a last note, rumah makan ini bisa menjadi opsi bagi kalian yang ingin menikmati kuliner khas Batak tapi dengan strong menu-nya olahan ikan instead of daging non halal.
Oh ya, untuk referensi tempat-tempat makan lain di kota Medan, bisa baca 100 Kuliner Wajib Coba di Medan!
Pondok Makan Sitalolo
Jalan Turi Ujung No. 188, Medan Denai
0821-6699-9939
Jam Buka: 10:00-17:00
Non Halal
Lokasi: https://goo.gl/maps/jLY9WbPQXznDtavZ7