Skip to content

Dari dapur rumahan ke dapur professional—inilah kisah dari Coffeenatics’ Pastry

Coffeenatics bukan nama yang asing di telinga warga Medan, apalagi buat penikmat kopi dan penggemar cafe. Kedai kopi modern yang dikenal sebagai salah satu pelopor specialty coffee dengan Aussie vibe di Medan ini memang sudah berdiri kokoh di tengah padatnya coffee scene di Medan.

Meskipun terkenal dengan kopinya, Coffeenatics juga berhasil mengundang pujian dan ketenaran dengan kreasi kue cakes mereka yang unik, minimalis, dan modern. Di balik kreasi-kreasi ini adalah Boris Hartanto, mastermind di balik Coffeenatics’ Pastry.

Pertama-tama, apa itu Coffeenatics’ Pastry?

Coffeenatics’ Pastry adalah bagian dari Coffeenatics yang fokusnya membuat kue-kue untuk disajikan di Coffeenatics. Pada hari spesial seperti Imlek, Ramadan, ataupun Natal mereka biasanya akan mengeluarkan kreasi baru khusus untuk merayakan hari-hari tersebut.

Coffeenatics’ Pastry awalnya didirikan untuk menjawab banyaknya request dari pelanggan yang ingin ‘something sweet’ untuk mendampingi kopi mereka.

Di Melbourne, kota dimana Coffeenatics mendapatkan inspirasi untuk kedai kopi mereka, umumnya sudah memiliki kultur menikmati kopi dibarengi dessert. Kultur coffee break dengan kue sangat trendy di luar negeri maupun di Indonesia, dan dalam kurun waktu berjalan trend ini semakin populer di komunitas lokal Medan, sehingga konsep Coffeenatics yang awalnya hanya fokus dengan kopi pelan-pelan mulai merambah ke konsep lain.

8 tahun Coffeenatics berdiri, dan selama 5 tahun terakhir ini Boris menjadi bagian aktif di kedai kopi ini, bekerja tanpa henti demi mengembangkan Coffeenatics’ Pastry.

Sejak dulu memang sudah tertarik dengan dunia dapur

Memasak memang sudah menarik perhatian Boris sejak kecil. Tapi dunia baking, pertama kali menarik perhatian Boris lewat film ‘Ratatouille‘.

Di Medan, oven jarang dipakai untuk memasak makanan selain memanggang kue. Tapi di negara-negara barat, oven tidak hanya digunakan untuk memanggang kue, tapi juga untuk memanggang sayur, daging, dan lain-lain. Hal ini menyulut rasa penasaran untuk belajar lebih banyak.

Ketika melanjutkan kuliah ke Australia, Boris mengikuti beberapa short course baking di instansi-instansi yang tersedia. Tapi pada saat itu belum terpikirkan untuk kembali ke Medan dan merintis usaha sendiri, apalagi setelah bekerja di perusahaan dengan jam kerja yang pasti dan tidak perlu khawatir tentang banyak hal membuatnya jatuh di zona nyaman.

Sampai akhirnya dia kembali ke Medan, lalu melihat potensi perkembangan coffee scene di Medan membuatnya memutuskan untuk mencoba memulai baking secara serius.

Perpaduan dua elemen: Science & Baking

Berbekal ilmu dari bidang Science ketika kuliah, Boris menemukan bahwa Science dan Culinary ternyata memiliki kemiripan dalam beberapa hal. Dalam baking maupun science, keduanya memerlukan riset, kesabaran, dan banyak uji coba.

Salah satu “uji coba” dalam baking yang dilalui Boris adalah menemukan cara untuk membuat buttercream dengan tekstur yang sesuai dengan cuaca di Medan. Ketika belajar baking di Australia, resep-resep kue yang didapati dari sana ternyata tidak begitu cocok diterapkan di Medan.

Cuaca yang umumnya lebih kering dan dingin di Melbourne merupakan alasan kenapa resep kue di sana tidak cocok diterapkan di Medan. Kue-kue yang dibuat lebih cepat basi karena cuaca di Medan yang umumnya lebih panas dan lembap sehingga cream yang dibuat tidak tahan lama. Banyak tipe kue yang bisa tahan di Medan, tapi Boris ingin tetap menyajikan kue cake idealnya sehingga ia terus berusaha menemukan cara agar dapat terealisasikan.

Dari sana Boris kemudian kembali belajar di short courses yang tersedia di Medan untuk menambah ilmu. Setelah trial and error beberapa kali, akhirnya dia menemukan tekstur yang tepat untuk Buttercream-nya.

Dapat dikatakan kalau membahas cake Coffeenatics’ Pastry, maka Buttercream-nya tak bisa terlewatkan. Buttercream-nya yang creamy tapi solid menjadi fondasi untuk tiap kue cake di sini. Setiap kue cake di Coffeenatics’ Pastry memiliki base yang sama: 3 bolu yang diolesi buttercream di tiap lapisnya. Permainan antara rasa bolu dengan buttercream menjadi playground Boris dalam menciptakan kreasi baru.

Seperti Pistachio Rose Cake

Pertama kali menu ini muncul di Medan, banyak pertanyaan yang muncul di pikiran. Why?

Rasa kacang pistachio yang mild serta aroma bunga rose awalnya membingungkan lidah, tapi ketika dimakan pelan-pelan ada juga yang merasa nikmat.

Perpaduan kedua bahan ini sering ditemukan di desserts ala Turkey, seperti dessert Pistachio & Rose Turkish Delight. Dessert tersebut yang menjadi inspirasi kue iconic dari Coffeenatics’ Pastry ini.

Pistachio Rose Cake terdiri dari bolu pistachio, rose-flavored buttercream, dan pistachio ganache with diced pistachio nuts.

Pistachio Rose Cake memiliki rasa nutty yang dominan dengan aroma bunga rose yang berpadu indah. It’s definitely not for everyone karena memang bukan cita rasa yang umum di Medan.

Selain Pistachio Rose Cake, ada Salted Caramel Buttercream Cake

Ketika Boris pertama kali meluncurkan menu cake, ia langsung memberikan dua pilihan: Pistachio Rose Cake dan Salted Caramel Buttercream Cake.

Alasannya simpel.

Ia ingin mencoba uji pasar customer dengan menyajikan satu cake dengan citarasa yang unik, dan satu lagi cake yang rasanya lebih familiar di lidah orang Medan, untuk melihat seberapa baik kue tersebut bisa diterima di lidah warga Medan.

Ternyata, kedua kue ini mendapat respon yang baik dari customernya dan masing-masing cake ini memiliki penggemarnya tersendiri. Salted Caramel Buttercream Cake ini merupakan salah satu best-seller di Coffeenatics’ Pastry.

Salted Caramel Buttercream yang kental dengan rasa manis dan asin menjadi bintang utama di kue ini. Kalau kalian ke Coffeenatics untuk pertama kalinya, boleh juga cobain menu ini dulu.

Cake yang penuh dengan memory, Black Cherry 2.0

Ketika ditanya, mana cake yang paling berkesan, jawaban Boris datang dengan cepat: “Black Cherry 2.0”.

Cake ini terinspirasi dari kue cake yang ada di memory kita semua (apalagi kaum millenials & baby boomers!)—Blackforest Cake. Saya sendiri sering merayakan ulang tahun dengan Blackforest cake ketika masih kecil—so I understand why it could be memorable.

Kenapa namanya Black Cherry 2.0? Karena versi pertamanya gagal. Tidak puas dengan hasil yang pertama, akhirnya Boris terus uji coba hingga kita bisa mencicipi Black Cherry cake yang sekarang.

Bolu cokelat yang dibuat dengan 70% dark chocolate dipadu dengan Buttercream vanilla yang diberi warna biru keabu-abuan dan diolesi selai cherry di setiap lapisan bolu ini benar-benar nikmat. It’s sweet, tangy, with a hint of bitterness that came from the cocoa.

Selain cita rasanya yang terasa akrab di lidah, desain untuk Black Cherry 2.0 ini juga menarik. Inspirasinya tidak lain datang dari interior desain Coffeenatics sendiri, yang gelap dengan aksen kayu dan gaya semen yang rustic.

Warna biru keabu-abuan yang menjadi warna Buttercream di Black Cherry ini menyerupai warna semen dari tangga Coffeenatics. Cocoa Powder yang ditaburi di atas kue merupakan warna lis kayu dari tangganya.

So whenever you think of Black Cherry 2.0, think of Coffeenatics—minimalist & edgy.

Triple Chocolate Cake, The Personal Favorite

Di antara semua cake yang pernah dikreasikan, dapat dikatakan yang menjadi ultimate bias nya Boris adalah Triple Chocolate Cake.

A triple-layer goodness filled with Chocolate—chocolate sponge cake, chocolate ganache, chocolate buttercream, and topped with chocolate shards.

Ketika masih bersekolah di Sekolah Pattiserrie di Australia, Boris dikenal dengan sebutan “Prince of Chocolate” karena selalu di posisikan di area dapur “Chocolate Section”. Seni dan skill yang diperoleh saat belajar mengolah cokelat menjadi alasan kenapa Boris sangat suka dengan cokelat.

Buat kalian penggemar cokelat, boleh cobain cake ini. Kalau boleh rekomen, nikmati bareng Espresso atau Iced Americano supaya lebih seimbang.

Selain jajaran cake yang beragam rasanya, Coffeenatics’ Pastry juga menyediakan beberapa menu lainnya seperti: Banana Bread, Brownies, Kue Tart, dan Selai.

Buat kalian yang demen kue tart, Lemon Lime Meringue Tart yang populer ini bisa jadi opsi buat kalian.

Tart nya renyah ketika digigit dan langsung hancur di mulut. Lemon Custard nya asam diiringi manis, ditambah dengan torched meringue di atasnya yang jadi penambah manis di mulut. The lemon and lime zest gave a fresh punch when we bite into them. It’s a delight and it’s my current favorite from the list of baked goods.

Quality, Consistency, Innovation, & People

4 poin di atas merupakan pillar dari Coffeenatics. Selalu menjaga kualitas dan konsistensi rasa—mulai dari kopi, kue, sampai makanan berat yang sajikan menjadi bagian penting untuk Coffeenatics. Untuk menjaga konsistensi, mereka juga selalu up-to-date dengan teknologi yang ada. Seperti puqpress, mesin untuk tamping coffee yang berguna untuk memastikan tiap bubuk kopi yang di tamping selalu mendapatkan tekanan yang sama.

Inovasi juga merupakan key element dari Coffeenatics, dengan selalu mengeluarkan menu unik yang hadir untuk hari-hari spesial. Seperti di Bulan Ramadan ini, mereka mengeluarkan menu khusus Ramadan, salah satunya Pandan Coconut Caramel Cake.

Tapi yang paling penting adalah, they invest in people. Dengan membangun tim yang bisa sama-sama belajar dan juga tumbuh bersama, Coffeenatics berhasil berdiri dengan awet sampai sekarang. Dan kedepannya, itu jugalah yang akan menjadi fokus dari Coffeenatics’ Pastry.

Coffeenatics

Alamat: Jl. Teuku Cik Ditiro No.8K, Madras Hulu
Jam Buka: 08.00 AM – 10.00 PM
Lokasi: https://goo.gl/maps/pMhgAC1ZaviUzbWs6

Leave a Reply

Discover more from Makanmana

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading