
Sebenarnya review ini merupakan kunjungan kedua (Baca review pertama oleh Bobby). Karena puas dengan kunjungan yang pertama, kami kembali dengan beberapa rekan supaya bisa pesen variasi menu yang lebih banyak. So here’s our story.

Brand White Elephant sebenarnya satu grup dengan Jittlada yang berada di Cambridge Mal. Konsep White Elephant lebih mengedepankan modern thai cuisine namun tetap menjaga authenticity.

Resto yang terletak di lantai teratas Centre Point Mal itu cukup menarik perhatian karena lokasinya yang lumayan strategis persis didepan eskalator. You won’t miss it.
Buat kamu yang selalu lengket ke menu “itu-itu saja” di Thai Restaurant, there’s so much more than tomyum and curry in Thai food. Kali ini kami mencoba menu yang lebih berbeda atas rekomendasi staf.

Kluaykai Cherm, pisang rebus yang disiram saos santan pekat. Sedikit keras dan manis, kemudian dibalanced dengan asinnya santan. Slightly pricey but succesfully tickling the palate to warm up.

Tang hoon dengan kuah tomyam ini punya taste asem-seger, dengan daging ayam cincang sebagai pelengkap. It’s simple, soothing comfort food you can have anytime. Cocok sebagai main dish ataupun untuk sharing.

Gai Tord Kapi, Hidangan ala-carte ayam goreng dengan daun pandan ini crunchy, namun aromanya tidak seberat ayam goreng bungkus daun pandan. You can eat them rite away, atau dicocol ke bumbu sour plum yang disediakan, cocok buat snacking walau kami lebih suka dimakan sama nasi.

Pla Chao Shao, stir fried fish with garlic, peppercorn and herbs. Kombinasi yang mantap antara filet ikan dengan berbagai jenis paprika dan bawang-bawangan. Ada bawang bulat kecil yang slightly taste like acar, asem, asin, bikin kecanduan – apalagi dinikmati dengan filet ikan yang gurih. Kami suka dengan hidangan ini, one of the reccommended by us.

Gai yang som tum. Ayam panggang dengan som tum (papaya salad) dan pulut (sticky rice). Now we’re talking about champ here. Paduan pulut dengan ayam panggang dan asam dari som tum ini kombinasinya…duh..mantap!

Gai krob phad prik king, kacang panjang yang ditumis dengan bumbu jahe dan cabe. Hidangan sayur ini dipesan untuk melengkapi hidangan kami yang rata-rata berdaging. As far as I remembered it’s just alright.

The most expensive order on the table, yet the most memorable dish. Fried prawn with yellow curry. Yes, we had red curry, green curry tapi ini pertama kalinya kita nyicipin yellow curry di Medan. Aga katro lah tapi ini bumbunya emang unik. Nga sepedas red curry, tapi lebih aromatic dan terasa rempahnya. Highly recommended.

Down to last bite, dessert pun disajikan. Thab Tim Krob, dessert dingin berbasis santan dan water chestnuts dengan beragam toping buah mengakhiri makan siang kami. Keliatan kecil tapi preferable shared among others.

Being authentic has its good and bad side. Di Medan ini udah sering kami jumpai kata kata ‘Ih.. ga enak’ atau semacamnya, hanya saja makanan tersebut berusaha menjaga keaslian sesuai daerah asalnya. Namun acap kali lidah yang belum terbiasa itu selalu menyalahkan resto gara-gara sudah mengeluarkan biaya untuk membayarnya.
Beberapa jenis menu yang kami pesan mungkin sebagian terasa mahal, seperti pisang rebus dengan siraman santan seharga 25rb misalnya. Considering operating cost resto yang berada didalam mal, sah-sah aja. Kami juga pernah ngebayar secangkir teh di Marriot seharga 40rb *sakitnya tuh disini*.
Anyway, If you’re on budget concern, opt out the dessert and vegetables. Dan setelah kunjungan kedua ini, consider us regular.
White Elephant Thai Bistro
Centre Point Mal lantai 3A (Paling atas)
Sad to hear, will update later
FYI MaMa.. WE sudah tutup nih.
Thanks for your review Densy
White Elephant Recommended banget! Uenak!
Harganya bikin pengunjung harus mengorek kocek sedikit lebih dalam dari biasanya. Tapi untuk rasa yang enak dan memuaskan, rela deh sesekali mengeluarkan biaya segitu.
Hampir semua menu yang pernah saya makan di sini enak (saya ga ingat namanya), nasi goreng yang super pedas, ikan stim digulung kecil2 pakai saus green chilli and lime yang super juga pedasnya. Tom Yum, sup yang pakai santan, ayam pandan, shrimp cake, fish cake, goreng bayam, dll semua enak disantap saat pengen makan makanan yang rasanya agak keras (gak hambar alias 重口味). Salmon sashimi atau carpaccio sebaiknya di skip aja.
Sayangnya dessert nya saja yang kurang cocok dengan lidah saya. Seingat saya, pulutnya agak keras, ubi agak keras, dan santannya super thick susah telannya lol. Gak tau yah di Thai aslinya bagaimana.
Walaupun nama menunya pada pakai bahasa Thai, tapi ga susah pesannya karena full gambar dan explanation. TOP banget. Pelayan juga ramah dan menguasai menu. Good job!
Good dining experience, highly recommended, will be back again.
Bisa jadi, cost di mal juga ga rendah, mgk jadi salah satu faktor kenapa harga tsb lbh tinggi dibanding tmpt lain,especially Centre Point.
Masalahnya harga kemahalan jadi peminat kurang.
Comments are closed.