
Masakan khas Cina Selatan ini (biasa dikenal dengan sebutan Guangdong/Cantonese Cuisines) dikenal dengan nama Siu Yuk in Cantonese atau Shao Rou (烧肉) in Mandarin. Di Indonesia, kita kenali sebagai Siobak. Medan merupakan salah satu kota di mana peminat Siobak paling banyak, tapi di Bali lah menu yang satu ini paling populer.
Not surprisingly, kedai-kedai makanan berunsur B2 (singkatan dari BaBi) di Medan kebanyakan menjual Siobak dan Chasio dan most of them are very delicious! Salah satunya adalah Sio Bak Pui Agu yang di jalan Dagan ini.

Istimewanya Agu Siobak Pui yang Ngangenin
8 tahun yang lalu, MaMa uda pernah nge-review Sio Bak Pui Agu yang waktu itu baru aja MaMa ketahui existence-nya. Citarasa daging Chasio, Siobak, dan juga beberapa menu jeroan yang MaMa cobain saat itu masih diingat di lidah MaMa. You can read the review here.
Meskipun sudah 8 tahun berlalu, citarasa Siobak dan Chasio Agu dari waktu itu masih menempel di lidah MaMa. Penasaran dengan konsistensi citarasa Sio Bak Pui Agu, MaMa pun decide untuk cobain makanan mereka lagi.

Sesampainya kami ke Sio Bak Pui Agu, hal pertama yang langsung muncul di pikiran MaMa, tempat ini nggak berubah.
Tampilan luar area sterling maupun dalam dimana meja dan tempat duduk untuk dine in terletak masih sama seperti dulu. Bahkan jajaran olahan daging B2 yang dijual juga masih sama.
Kalau secara exterior semuanya masih sama, apakah citarasa Sio Bak Pui Agu masih sama? That question crossed our mind.
Citarasa Sio Bak Pui Agu Sekarang

Di sterling depan, berjajar beberapa jenis B2 yang sudah diolah: Siobak, Chasio, Lap Chiong (Sosis b2), Pai Kut, dan juga dendeng babi. Khusus di Hari Minggu, menu Babi Kecap ‘Tu Kha’, Usus dan Lidah ditawarkan di meja depan dalam bentuk pot besar. Sayang kami datang di hari biasa, jadi nggak bisa cobain menu khusus minggu.
BUT, kalau penasaran, boleh cek di review MaMa yang sebelumnya.
Cara hitung pesanannya itu per porsi. So, whether pesanan kalian itu hanya siobak, chasio, dll ataupun dicampur, hitungnya tetap satu porsi = IDR 40K. Porsi standarnya berisikan chasio, sio bak, lap chiong, serta telur kecap dan timun.



Tampilan Siobak yang bertengger di sterling otomatis membuat kami menelan ludah. Warna golden brown khas dari makanan yang digoreng langsung menggugah selera kami. Langsung aja MaMa pesan porsi untuk 4 orang (jumlah tim yang pergi untuk lunch di Sio Bak Pui Agu).
Citarasa Siobaknya mirip dengan yang MaMa coba pertama kali, gurih dan asin. Ditambah guyuran saus kental manis Siobaknya juga terasa agak manis. Dagingnya lembut, harum, dan garing di bagian kulitnya. Verdict: rasa masih sama dengan yang dulu!

Chasio yang kebanyakan menjadi primadona di beberapa kedai B2 lainnya ini juga nggak boleh dilewati kalau ke Sio Bak Pui Agu.
Potongan daging Chasio-nya yang nggak tipis tapi juga nggak tebal is the perfect bite size untuk Chasio. Chasio di sini bukan tipe yang garing garing tipis, tapi yang masih ada kelembutan daging yang bisa digigit. Citarasanya manis dan gurih, dengan aroma smokey dan char yang garing yang membuat MaMa menjilat lidah.
Tu Kha Pai Kut / Pork Ribs
Other than Siobak dan Chasio, Pai Kut/Pork Ribs di sini juga favorit! Karena dimasak bone-in (tulangnya masih ada), bumbunya meresap sampai ke tulang. Dagingnya empuk dan juicy, setiap gigitan seperti madu yang merebak di mulut MaMa. FYI, ada tulang lunak in between dagingnya dan bisa dimakan. It’s one of the recommended menu yang harus kalian coba.

Berbeda dengan Chasio ataupun Siobak yang banyak ditemui di kedai Chasio lainnya, Dendeng Babi tidak semarak penjualannya (banyak penikmatnya, tapi kedai-kedai yang memasok menu ini nggak begitu banyak) tapi di Sio Bak Pui Agu, kalian bisa nemui menu yang satu ini. It’s a thin, delicious sliced of meat yang dikenal juga dengan nama Bak Wa.
Lap Chiong Cha Sio

Lap Chiong di sini juga perlu diberi salutan. It’s packed with flavour dan setiap gigitan itu renyah tapi lembut. Kalau quote kata Ko Bobby, “Mirip Bak Wa yang dihancurin terus diolah lagi ke dalam bentuk sosis.” Ini salah satu menu yang buat MaMa ketagihan!

FYI, daging olahan Sio Bak Pui Agu ini juga bisa dibeli terpisah, nggak perlu pake nasi. Pelanggan bisa bungkus pulang menu-menu dagingnya per ons ataupun per kilo-an loh! Untuk harga 1/2 kilo, kalian hanya perlu meronggoh kocek sekitar 200K.

Waktu boleh berlalu, citarasa Agu Siobak Pui harus tetap sama.

The last verdict, at least buat yang kami santap siang itu, adalah rasa setiap jenis daging B2 yang bertengger di sterling depan itu nggak jauh berbeda dari 8 tahun yang lalu. Artinya, Siobak Pui Agu berhasil mempertahankan konsistensi rasa dengan bumbu racikan mereka selama ini.
Daging B2 memiliki aroma yang kadang tak sedap, dan memang perlu pengolahan dan racikan bumbu yang pas agar bisa menjadi nikmat. And Siobak Pui Agu did it very well.
Yang berbeda hanyalah harganya yang naik 2x lipat dari 8 tahun yang lalu—but, harga yang sekarang uda harga standar harga Chasio & Siobak sekarang ini.
Oh iya, MaMa pingin datang lagi di hari Minggu buat cicipin menu khusus minggunya. Kalau kalian baru aja cicipin menu khususnya nggak lama ini, tell us what you verdict!
Siobak Pui Agu
Jalan Dagan No.2M
Jam Buka: 11.00AM-17.30PM
Harga ±40K
No. Telp: 0812-6059-397
Non Halal