Eksplorasi Korea Selatan Day 1-Day 4 sudah diselipin dengan berbagai kulliner tidak “wajar” yang dicobain.
Dengan alasan tersebut, eksplorasi 2 hari terakhir di pusat ibukota Korea Selatan, Seoul City, akan menjadi semi “edu-wisata” dengan mempelajari sejarah, seni dan nilai budaya kehidupan warga Seoul.
Oh ya, silahkan klik link berikut untuk baca itinerary Part I dan Part II buat yang ketinggalan perjalanan Korea Selatan tim Makanmana sebelumnya.

#MakjangKorea ini menggunakan jasa dari Angkasa Tour & Travel (Korea Jeju Busan Package).
Akan lebih mudah saja jika dibandingkan dengan berbagai kerempongan mencari lokasi, research transport, research harga ini itu, bingung dengan rekomendasi makanan, dan nggak ada guide serta translator tambahan.
Day 5—Seoul City
Deoksugung (덕수궁)

Deoksugung merupakan salah satu peninggalan dari Kekaisaran terakhir Korea (Joseon). Garis keturunan kerajaan sudah terputus sejak awal abad ke 21. Entah karena tidak ada lagi atau sudah “menjadi” warga “biasa”.
We’ll do more research later for sure.
Tahun 1910, Korea dijajah oleh Jepang dan banyak dari tentaranya yang mendiami Gyeongbokgung. Raja Korea pun diusir dan keturunan-keturunannya dikirim ke luar negeri.
Deoksugung sekarang berukuran lebih kecil karena tanahnya dijual oleh orang Jepang selama masa penjajahan.
Di semua istana di Korea, selalu bisa ditemukan jembatan setelah pintu masuk. Filosofinya adalah untuk membuang pikiran jahat dan hal negatif sebelum memasuki istana.
Suasana di dalam Deoksugung terasa asri karena banyaknya pohon maple yang tinggi dan memiliki warna yang kontras dengan sekeliling.
Di salah satu bagian jalan, kami membeli jajanan jalan berupa kue ikan dengan isi kacang merah, Bungeoppang.
Trivia: Dipercaya kalau sepasang kekasih yang berjalan berpegangan tangan di dalam Deoksugung, maka hubungannya akan gagal.
FYI, banyak pemandu wisata gratis di Deoksugung yang bisa menjelaskan sejarah serta bagian-bagian dari istana.

Korean Ginseng Center
Perhentian berikutnya merupakan sejenis museum yang berisi berbagai jenis ginseng endemik Korea.
Di tempat ini pengunjung bisa belajar banyak tentang ginseng asal Korea. Ya, herbal inilah yang menjadi asal muasal sebutan negaranya.
Ginseng Korea sangat terkenal akan kualitasnya, karena kandungan saponinnya yang paling tinggi diantara ginseng negara lainnya.
Ginseng dengan kualitas paling baik harus dipanen setelah 6 tahun. Tapi jangan sampai lewat dari 6 tahun. Jika kelewatan, kandungan saponinnya bisa kembali diserap oleh tanah dan kualitasnya berkurang.
Bulgogi Brothers (불고기브라더스)
Bul berarti “api” dan Gogi berarti “daging”. Bulgogi secara harafiah berarti daging yang dimasak di atas api.
Bulgogi bisa berupa sup dan juga kering. Since di beberapa lokasi sebelumnya kami sudah cobain yang panggang-panggang, kami cobain yang berkuah kali ini.
Daging pada bulgogi biasanya terasa manis. Kadang-kadang dicampur gula ataupun dicampur dengan madu.
Sama seperti kebanyakan restoran Korea pada umumnya, Bulgogi di sini juga disajikan dengan berbagai macam condiments, terutama Kimchi.
National Folk Museum of Korea (국립민속박물관)
Sebelum masuk ke Gyeongbokgung, kami singgah ke National Folk Museum of Korea yang dekat dengan istana. Faktanya, lokasinya berada dalam satu komplek dengan Gyeongbokgung Palace dan hanya berseberangan saja dengan Blue Mansion.
Di dalam museum ini banyak terdapat mainan traditional Korea dan para pengunjung bisa mempelajari kehidupan penduduk Korea pada masa lampau.
Gyeongbokgung (경복궁)
Gyeongbokgung merupakan istana terpenting di Korea sejak jaman Joseon. Bangunan ini dibangun selama 3 tahun dan selesai pada tahun 1395.
Sekarang sih tidak ada lagi bangunan asli dari jaman Joseon. Karena sewaktu Jepang menjajah, banyak bangunan di dalam istana yang dihancurkan.
Jika kita menyewa dan memakai Hanbok (pakaian tradisional Korea) lalu memasuki Gyeongbokgung, maka tidak akan dikenakan biasa masuk lagi. Itulah alasannya mengapa banyak dijumpai orang yang memakai Hanbok berlalu lalang di Gyeongbokgung.
Dongdaemun Market (동대문)
Dongdaemun terdiri dari kata Dong (동) yang berarti Timur, Dae (대) yang berarti besar dan Mun (문) yang berarti pintu. Secara keseluruhan, Dongdaemun berarti Pintu Besar di Timur.
Dongdaemun dulunya merupakan pintu gerbang Timur pada era Joseon dengan tembok yang mengelilingi kota Seoul. Sekarang ya cuma tersisa gerbang Dongdaemun-nya aja.
Area Dongdaemun terkenal dengan pasar baju non-branded. Kebanyakan sih merupakan penjual pakaian secara grosir. Tapi ada kok yang menjualnya secara satuan.
Streetfood sih sudah pasti banyak ditemukan di area ini. Happy hunting!
Day 6—Seoul City
Haneul Park (하늘공원)
Pagi ini kami melanjutkan perjalanan ke Sky Park/Haneul Park yang terletak di sisi Utara Seoul. Lokasinya berada tepat di sebelah Sang-am World Cup Stadium.
Tempat ini dulunya merupakan tempat pembuangan sampah akhir. Di kaki bukit, banyak kelihatan sampah dan banyak titik pembakaran sampah dulunya.
Nah, di Haneul Park ini terdapat banyak ilalang berwarna silver dan merah yang sangat indah dan menjadi highlight utamanya. Untuk mencapai Haneul Park, setelah turun dari bus kami mengantri buggy yang akan mengantarkan kami ke atas yang berjarak 1,5km.

Para pecinta fotografi sangat wajib berkunjung ke Haneul Park, banyak sekali spot-spot foto yang bagus untuk mewarnai feed sosial media.
Tetapi ingat jangan menginjak ilalang serta hati-hati kalau bertemu ular yang melintas. Tetap jaga kebersihan dan jangan membuang sampah sembarangan.
Buffet Pooleun Soban (푸른소반)
Range harga di Buffet Pooleun Soban ini berkisar KRW 19.900-KRW 29.900 (sekitar IDR ), belum include minuman beralkohol.
Restauran buffet ini terletak di kawasan Hongdae yang berdekatan dengan Universitas Hongik dan berjarak 3 menit ke Hongdae Market.
Lagi-lagi, sepertinya Angkasa Tour dan tour guide-nya ingin memanjakan kami dengan makanan versi buffet. Perbedaannya kali ini adalah menu pilihan yang lebih variatif. Masakan Korea, Jepang, China dan Italia pun dihadirkan untuk menghiasi etalasenya.
Of course, ALL YOU CAN EAT! *awas kalap
Hongdae Market (홍대)

Kami melewati kawasan berbelanja yang letaknya di dekat Universitas Hongik, Hongdae Market. Tempat ini dikenal sebagai Little Myeongdong karena banyak mahasiswa yang berlalu lalang dan berbelanja di kawasan sini.
Harga jual berbagai jenis produk di sini pun lebih terjangkau dibanding dengan Myeongdong. Apalagi dengan kualitas dan gaya yang up-to-date. Such a good alternative untuk yang budget-nya pas-pasan.
Korean House (한국의집)
Korean House ini mempersilahkan para pengunjung untuk belajar membuat Kimchi the right traditional way. Letaknya berada di daerah Yongsan, di tengah-tengah Seoul.
Trivia: Dulu di Yongsan banyak tentara Amerika tetapi sekarang telah pindah ke daerah Itaewon.
Selain kimchi, pihak Korean House akan memberikan segudang penjelasan dan informasi tentang rumput laut yang berasal dari Korea. As expected, dengan padatnya jadwal di dalam Korean House, kami bahkan miss mengambil foto-foto. Maafkan kami ya, hehe.
Goindol (고인돌)
Restoran malam ini seakan-akan menjadi “kunjungan wajib” untuk menikmati Bibimbap yang asli dari Korea untuk terakhir kalinya sebelum keberangkatan besok pagi.
Same menu, same rule. Mix it all together and enjoy. Palingan hanya tambahin saus ini itu seperti gochujang untuk memperkuat rasa.
Berakhir sudah perjalanan tim Makanmana di Korea bersama Angkasa Tour & Travel.
FYI, sebelum kami berangkat untuk kembali ke Tanah Air, kami menyempatkan diri untuk menikmati Korean Ramyeon di salah satu stall dekat hotel. No pictures taken ’cause kita semua udah nggak fokus.
7 hari perjalanan di Korea benar-benar melelahkan, tapi keseruan selama perjalanan berhasil membayar itu semua.
Lagi, untuk yang ingin kembali membaca Part I dan Part II perjalanan kami di Korea, klik link-nya saja ya.
Nonton video perjalanan Part III kami di sini:
Korea Jeju Busan Trip bersama @angkasatour
Jalan Wahidin No. 65A (Simp.Sampali)
(+6261) – 888 19 888 (Hotline)
info@angkasatour.id