Skip to content

Semaraknya suasana malam Jln. Semarang

  • by

Tidak ada suasana kuliner sama sekali di sepanjang jalan Semarang di siang hari yang terik. Suasana hiruk pikuk toko yang berjualan spare part dan aksesoris mobil ini kemudian mulai perlahan reda ketika sore tiba, diiringi oleh beberapa gerai yang mulai dipasang, meja yang direntangkan panjang, sepanjang ruas jalan Semarang, dan malamnya cling! Bagaikan disulap… menjadi sebuah distrik kuliner yang sudah melegenda di kota Medan.

Perkembangan kuliner di sepanjang ruas jalan Semarang sudah melalui beberapa generasi. Awalnya nge-top di tahun 60-an, daerah ini merupakan kawasan pusat perbelanjaan yang ngetop dan ramai dikunjungi, walaupun sempat sepi di awal tahun 2000 dengan kehadiran Kesawan Square. Beberapa gerai yang populer masih tetap bertahan, sedangkan beberapa lagi lainnya sudah berganti. Yuk ikuti perjalanan kuliner kami.

Seperti biasa, kami menentukan meeting point yang akhirnya ngumpul di Bihun Bebek Atak. Sebenarnya kami ingin lebih menikmati suasana outdoor duduk di ruas jalan tetapi malam itu hujan. Dari banyaknya pilihan makanan yang ditawarkan, kami mencoba beberapa menu yang populer walaupun tidak sanggup kami post semuanya untuk saat ini. Samcan goreng buat sharing is a good appetizer. In fact our friendly bule friend love it!

Next, salah satu dari kami memesan nasi sayur Ahua, jangan salah diartikan dengan Ahuat, karena menurut historynya, dulunya gerai ini yang berjualan namanya Ahuat, dimana sekarang sudah pindah ke Jln. S. Parman. They looked similar, but not the same. Walau bagaimanapun, keduanya overpriced, dan hey uncle I wish you could ever smile.

Untuk urusan tumis, Ifumie dan Ciongfan goreng seperti gambar dibawah ini, gerai yang enak biasanya dimasak oleh “Sen Tien Sia”. Awal mulanya seh berasal dari seorang wanita yang mirip dengan aktris HK, sehingga kerap dipanggil begitu. Walaupun sudah tiada dan digantikan oleh anaknya, gerai tersebut tetap dinamakan demikian sehingga gampang dikenal.

Untuk wokfen, siapa lagi kalau bukan masakan chef Aseng. Cabang dari KotaCane ini selalu ramai diminati dan antriannya bisa ber-jam. Don’t tell us you’ve never tried it yet.

Sungguh kami sangat kenyang malam itu, walaupun masih banyak yang belum dicoba seperti Yong Tau Fu, aneka makanan eksotis seperti ular, siput, biawak, merpati, kodok goreng, Tailow mee, popiah, mie Tiong Sim, Nasi Simangunsong, dan lain sebagainya.

Keragaman dan variasi makanan yang ditawarkan di sepanjang jalan ini memang sebuah culinary heritage ciri khas kota Medan yang akan selalu exist dari generasi ke generasi dan apabila anda pembaca dari luar Medan, this is definitely a must visit place.

13 thoughts on “Semaraknya suasana malam Jln. Semarang”

  1. SIP! Yang di depan bihun bebek atak ini kan? Iya nih nanti kalo ada kesana lagi tak interviewin sekalian yah! hehehe…

  2. jgn ketinggalan mencoba “cim kong” ,”cim khak” SIU HUA…mantap banget karena dibuat dari daging kepiting asli….mmmm…..mantap dech…

  3. Kalau ciongfan dan wokfen sudah pasti tidak halal, karena menggunakan minyak babi. Sedangkan untuk Ak Bihun (Bihun Bebek) logisnya sih tidak pake babi, tapi kembali ke anda sendiri aja semuanya. Bir dan alkohol kan ga halal, tetapi tak jarang juga kami liat muslim yang mengkomsumsi 🙂

  4. Sorry abang/koko sekalian, kalo di jl. semarang ini sudah pasti 100% non halal semua masakannya? Atau gimana? Ciongfan dan Wokfen nya looks so tempting banget :9

  5. Hahahahaha……..

    cuplikan dari nasi sayur ahua
    “keduanya overpriced, dan hey uncle I wish you could ever smile.”

    setujuuuuu…..

    tapi bukan cuma bos nya yg ga ramah, pelayannya juga . makanya males makan nasinya, walaupun rasanya enak. dan kemaren pesan nasi putih tambah, di charge 8rb . Definitely overpriced

  6. Iya betul Rob, namun di kedai Atak makanan yang dipesan ditulis satu persatu begitu juga dengan harganya.

  7. Rame2 mkn disana kl gak teliti bisa2 harganya sembarang dihitung e..lagian emang rada overprices seh dibanding dgn selat panjang.

Comments are closed.

Discover more from Makanmana

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading