Skip to content

Come Hungry, Leave Satisfied: Southern Malaysia Culinary Guide

The Culinary Trip: Putrajayaā€”Melakaā€”Muarā€”Batu Pahatā€”Johor Bahruā€”Desaruā€”Kuala Lumpur

Beberapa waktu lalu, Tourism Malaysia mengundang anak MaMa untuk ikut serta dalam program Mega Familiarisation Programme (disingkat: Mega Fam) yang bertajuk “Come Hungry, Leave Satisfied”.

Gue (Irvan) menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang ikut serta dalam program yang melibatkan 10 negara besar lainnya. Keseluruhannya ada 2 peserta dari Kamboja, 2 peserta dari Jepang, 2 peserta dari Korea Selatan, 2 peserta dari Filipina, 2 peserta dari Vietnam, 3 peserta dari Thailand, 3 peserta dari Tiongkok, 1 peserta dari India, 1 peserta dari Indonesia (gue) dan 2 peserta dari Taiwan.

Come Hungry, Leave Satisfied: Southern Malaysia Culinary Guide

Touch down KLIA

Waktu gue tiba sampai acara dinner bareng officials Tourism Malaysia dan peserta lainnya cukup panjang. Lagipula, 5 jam gue hibernasi di dalam kamar hotel juga nggak produktif (baca: nggak bisa makan). Akhirnya gue setuju buat mampir ke salah satu outlet Bakpao yang disarankan sama driver, sebelum tiba di hotel. Restoran Kah Heong Bao (non-halal) namanya.

Entah apa alasannya diberi nama Restoran, namun bentuknya ya rumah makan seperti pada foto di atas dan menjual berbagai varian Pao serta beberapa jenis dessert. Tolong jangan tiru kelakuan gue yang jelas-jelas nggak bisa bahasa Mandarin, tapi ngajakkin ownernya ngomong Bahasa Mandarin. Ujung-ujungnya pakai Bahasa Inggris juga dan dengan pesanan “paling direkomendasikan” supaya gampang.

Alright, lembutnya Bakpao dengan gurihnya daging B2 yang juicy dan Loh Mai Kai yang cukup pulen, tidak terlalu lengket dan tidak terlalu berminyak dengan daging ayam yang manis gurih menjadi makan siang hari itu. I don’t think Loh Mai Kai is for everyone karena dari cerita kebanyakan tim gue, mereka nggak cocok, but I think I love this one quite much.

Le Meridien Putrajaya…

Lebuh IRC, IOI Resort City, Putrajaya, Selangor (+60386896888)

Menjadi tempat gue nginap malam ini. Di gedung yang terhubung langsung dengan IOICity Mall ini pula, dinner akan dilaksanakan. View dan interior kamarnya benar-benar mengesankan. The kind of room that I expect from Marriott’s property. I did spend some times exploring the mall and found some unique Herbal Tea outlet and recommended for its low budget meal by our Instagram followers. Long story short, the dinner began.

Setelah beberapa kata pembuka dari officials Tourism Malaysia, acara perkenalan masing-masing peserta dan pembagian name tags dan goody bags, kita bisa start menjelajahi setiap sudut makanannya Latest Recipeā€”restoran yang berada di dalam Le Meridien Putrajaya. Food are all very well-prepared dan ada beberapa menu upscale yang disajikan. Siapa sih yang nggak kalap?

  • P4150043
  • P4150096
  • P4150078
  • P4150047
  • P4150075
  • P4150073
  • P4150063
  • P4150059
  • P4150055
  • P4150052

Tujuan paling pertama kami di hari pertama mulainya Trip Mega Fam ini adalah Baba Charlie Nyonya Cake (Melaka)

72 Lorong Tengkera Pantai 2C, Melaka

Biar gampang, ‘Nyonya kuih’ ini gue sebut jajanan pasar saja, karena memang kue-kue yang disajikan di sini bisa ditemukan di Medan (dengan sebutan jajanan pasar). Tidak mengherankan kalau mengingat penduduk TiongHoa yang tersebar ke kota Medan dan juga Melaka menganut tradisi dan kultur yang sama. Baba Charlie Nyonya Cake ini sudah mendapat berbagai macam penghargaan, di antaranya: Certificate of Appreciation from Taste of Malaysia for 2015 and 2016 by notable connoisseur, Chef Martin Yan.

Hampir gue comot salah satu kuenya seandainya saja tidak dihentikan oleh pengumuman kalau untuk cobain kuenya bisa di Baba Charlie Cafe. Masih satu pemilik dengan Baba Charlie Nyonya Cake, tapi yang ini versi dine-in. Anyway, sebentar lagi Dragon Boat Festival menjelang, yang lagi berada di Melaka kalau pengen mamam Bakcang, bisa coba cari di mari nih.

P4160010

Baba Charlie Cafe Terkesan Tradisional.

631 Jalan Siantan Sek 2 Taman Siantan Seksyen 2, Melaka (+606 332 3488)

Mulai dari ornamen, warna cat hingga ke berbagai pilihan perabotan yang digunakan sangat mencerminkan ciri khas peranakan. Gedungnya yang berada di persimpangan jalan dan berwarna kuning cerah membuat Baba Charlie Cafe lebih mudah ditemukan.

  • P4160050
  • P4160052
  • P4160060
  • P4160067
  • P4160054
  • P4160057
  • P4160058
  • P4160078

Since gue sering menikmati jajanan pasar di Medan, I think gue yang paling familiar sama rasa sejenis ini dibanding peserta lainnya. For a second, pikiran gue recall memory saat nikmati jajanan pasar di Medan, saat fisik gue kala itu lagi di berada di Melaka. Boosted my holiday mood dan popped up sensation kalau gue lagi jauh dari rumah.

Perjalanan dilanjutkan lagi. Setelah dua jam lamanya, kita akhirnya tiba di sebuah restoran khas peranakan.

Baca juga:

Nyonya 63 Restaurant

63 Jalan Tun Tan Cheng Lock, Melaka (+6062882885)

Bus besar nggak memungkinkan untuk melewati jalanan sempit di sekitaran restoran ini. Besar jalurnya hanya cukup untuk sebarisan parkir dan jalur satu arah yang muat 1 mobil. Dan jadilah kami jalan kaki dari jalan utama menuju ke restoran.

Petualangan tidak terhenti di situ. Jalan menuju ke bagian utama restorannya juga cukup menyita perhatian. Kami mesti masuk melalui sebuah butik baju tradisional, menuju ke dalam, ke bagian belakang, melewati taman kecil yang memisahkan antara butik dan restoran, baru tiba di dining room.

Sedikit perkenalan dan ‘presentasi’ singkat dari owner sekaligus chef utama, Mr. Chee Keong, dari Nyonya 63, menyambut kami. Sesi swafoto ria pun tak terhindarkan, mengingat seisi interior yang sangat Instagrammable. Sambil menunggu satu per satu makanannya selesai disajikan tentunya.

Personally, untuk beberapa menuā€”terutama Cendol dan sejenis tumis daging babi (sorry I missed this dish’s name T_T), gue bakal balik lagi. Minuman Bunga Telang juga benar-benar bikin tagih. Kalau kebetulan lagi di Melaka dan mencari lokasi untuk simple family dinner, yes, I’ll be here again. Sekalian menyapa Chef Chee Keong lagi. He added me on Facebook šŸ˜€.

We took a stroll menuju ke kawasan heritage Melaka. Sebuah kawasan di Jonker Street yang saat ini sudah sangat ramai dikunjungi wisatawan. Tempat ini sudah dihujani ribuan bahkan jutaan jepretan kamera, but it’s always fun to go back there. Something keep dragging people to go there.

  • P4160152
  • P4160154
  • P4160162
  • P4160156
  • P4160167
  • P4160175

We departed from Melaka to Bandar Muar, Johor after spending 1 hour in Melaka just for endless selfies and photos. Bandar Maharani Town (Kota Permaisuri), Muar adalah sebuah kota yang letaknya berada di Utara Johor.

K&Y Frozen Food dengan Otak-Otaknya yang menjadi tujuan pertama kami di kota itu.

No. 55 Jalan Bentayan, Muar (+6069545517)

P4160178

Sebelum tiba di hotel, kami sempatkan untuk singgah di tempat satu ini untuk sekedar menikmati jajanan sore berupa Otak-Otak kelas A yang premium. Even so, harganya masih tergolong sangat terjangkau. Mirip dengan Otak-Otak di Indonesia, K&Y Frozen Food menggunakan daging ikan, berbagai jenis rempah-rempah dan santan sebagai bahan utamanya. Adonan kemudian dibungkus dengan daun kelapa dan dibakar di atas ‘arang’. Well, ‘arang.

P4160180
‘Arang’

Ada sedikit instruksi cara menikmati Otak-Otak ini dari guide kami waktu itu. Turned out itu cara paling basic untuk menikmatinya, dimulai dari membuka semua daunnya dan menikmati isinya. Hanya saja, peserta diingatkan untuk memperhatikan anak stapler yang digunakan. But I found a more interesting way, which is dengan menyobek salah satu sisi daun dan menikmati isinya langsung.

Bonus:
Gambar berikut ini hanya terbatas untuk kalangan tertentu. Kami kebetulan diberikan izin khusus untuk melihat proses pembuatan Otak-Otak.

Bertolak dari sana, kami check in di Muar Traders Hotel yang beralamat di 16 Jalan Petrie. Freshen up dan langsung cabut lagi ke lokasi berikutnya.

Menikmati Oyster segar di Oyster Bay Muar yang berada tepat di pinggir sungai.

Kampung Parit Setongkat, Muar (+60126480004)

Kami berangkat dari pelabuhan yang berada di Tanjung Emas. Perjalanan dengan speedboat membutuhkan waktu sekitar 15 menit.

P4160217

Setibanya kami, beberapa presentasi dan penjelasan singkat pun diberikan tentang Oyster, mengingat makanan ini sebenarnya cukup upscale dan jarang ditemukan pada umumnya.

Salah satunya adalah mengenai suhu, tinggi air sungai, waktu pemanenan oyster dewasa dan cara membiakkan oyster muda. In short, tempat ini merupakan fasilitas yang masih tergolong baru dari program resmi pemerintah setempat akan pengembangan oyster di sana. Tempat yang belum banyak dikenal wisatawan dan turis. Tempat yang ternyata menyajikan oyster segar yang menjadi salah satu yang terbaik dari yang pernah gue coba.

Oyster dengan saus yang sedikit asam dan oyster deep fried yang menjadi favorit kebanyakan peserta. But, you have to try the ones with cheese. Such a new sensation to eat oysters.

Makan oyster doang sih belum cukup untuk lima jengkal perut gue. Nggak tahu kalau kamu ya. But not for me. Not me. And luckily, kita berangkat lagi ke tempat berikutnya yang ternyata memiliki kedekatan sendiri buat gue.

Kampung Parit Bugis yang ternyata dihuni oleh banyak masyarakat suku Jawa.

171 Parit No.4 Jalan Yusof, Semerah Batu Pahat (+60137744244)

P4160261
Kita disambut dengan ini nih.

Di sebuah homestay di tengah Kampung Parit Bugis ini lah makan malam kami akan disajikan. Nasi Ambeng sebutannya (atau Nasi Ambang). Makanan ini merupakan tradisi khas suku Jawa. Cara makan sekaligus merupakan tujuannya adalah untuk duduk dan makan bersama-sama. Satu talam itu bisa untuk 4-5 orang.

Sebelum disajikan, kami diajarin dulu cara penyusunan Nasi Ambeng. Bahkan Ching (Thailand) dan Miki Nakayama (Jepang) mencobanya langsung.

Suasana terasa cozy dan hangat dengan segala ramah tamah dan hospitality dari Tuan Rumah. Tentu saja ada momen spesial di tempat ini. Mungkin karena gue mencoba untuk ngomong Bahasa Jawa kepada Tuan Rumah dengan logat dan perbendaharaan kata yang terbatas: “Makan Ora Makan, Sing Penting Kumpul”. “Loh! Iki iso boso Jowo! Wong Jowo iki! Alhamdullilah!”, begitu balasan dari Tuan Rumah.

Ada koneksi dan kedekatan tertentuā€”meski gue terus diajakkin ngomong bahasa Jawa yang kebanyakan katanya gue nggak paham. So, note for all of you, jangan sok-sok jago bahasa Jawa, karena akhirnya malah nampak ke-stupid-annya.

P4160276

Tak luput juga dari agenda mereka dalam menyambut turis, kebudayaan asal Indonesia ditunjukkan di sini. Reog atau yang mereka sebut Barongan dan juga Gamelan menjadi penutup acara malam itu.

That’s how we ended the first day and take our rest for the next day… Baca Page 2

Pages: 1 2 3

Discover more from Makanmana

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading